[HARI KE-1]--KAMU ITU...
KAMU
ITU…
(CatatanNgenes.Com/#10DaysKF)
Oleh: Amaliya Khamdanah
Assalamu’alaikum,
semoga kamu senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin _/|\_
Oke, saya kembali aktif lagi ke blog
super absurd ini, kkk~ selama sepuluh
hari kedepan, Insya Allah blog absurd
ini akan selalu aktif memposting curhatan *aduh. Mengapa demikian? Saya lagi kesambet senyumanmu *eh nggak ding, lebih tepatnya @KampusFiksi lagi
nagadain tantangan menulis sepuluh hari, #KampusFiksi10 Days Writing Challenge, selama 18-27 Januari 2017. Pantengin terus blog absurd ini yaaaa. Hahaa. Kamu juga
ikutan, ya! Kalau masih kepo dengan acaranya cek aja akun twitter @KampusFiksi atau #10DaysKF.
Pertanyaan hari pertama sungguh
melelahkan, jujur saya harus berpikir dalam untuk mengetik dan merangkai kata
yang pas untuk menjawab pertanyaan ini
seperti para filsuf dulu ketika memikirkan teori-teori untuk perkembangan zaman
(halah, marakke ngelu). “Jelaskan bagaimana tipe kekasih yang kamu
dambakan!” Oke, kembali saya pertegas, pertanyaan ini sungguh gila!
“Kamu belajar yang serius, jangan
mikir pacaran, Kak!”
“Gak ada penyemangat, Kak!”
“Terus kalau gak ada penyemangat,
Bapak dan Ibu kamu anggap sebagai apa?”
“Iya-iya, aku nyerah ngomong sama
kamu.”
Tut-tut—
Sengaja aja saya sisipin dialog gila
diatas, setidaknya dialog diatas adalah salah satu gambaran sederhana mengenai remaja
sakarang—termasuk saya—yang kalau ditanya kenapa
pacaran sih, dik/kak/mbak/mas? Ya, paling aman jawabannya kayak gitu.
Yakin!
Ada lagi nih, inspirasi dari anak
pesantren. Anak pesantren itu setahu saya kalau suka sama seseorang pasti
dipendam, itu sih dulu tapi kalau sekarang semoga saja masih. Hehee.
“Sudah baik, sholeh/ah, hafidz/oh,
pula. Subhanallah.” Ngomong dalam hati. Terus pas orang yang dimaksud lewat gak
berani liat mukanya, nunduk dalam banget. Eh, pas orang yang dimaksud sudah
jauh pun langsung berani liat punggungnya walau pun jaraknya sudah jauh. So sweet banget! Jaga pandangan banget
intinya. Kalau ditanya, dik/kak/mbak/mas,
kok gak berani lihat mukanya? Jawabannya bikin adem, jaga pandangan mbak, itu bukan muhrim saya. Yakin, langsung
terharu.
Reka dialog lagi nih (kok lama-lama
saya merasa tulisan ini gak nyambung, ya?) *abaikan* Pas lagi jajan di kantin sekolah bareng teman
sekelas. Eh ada satu orang yang cuma jajan gorengan harga dua ribu dapat tiga,
padahal yang lainnya punya niatan buat borong jajanan kantin *eh!
“Kok kamu gak jajan nasi bungkus
sih?”
“Aku aja beli dua nasi bungkus dan
gorengan lima ribu.”
“Aku beli es teh manis semanis
senyuman dia, eh maksudku es teh manis dua gelas dan satu nasi bungkus. Ntar
minta gorenganmu, ya!”
“Satu nasi bungkus, gorengan enam
ribu ditambah es teh pait!”
“Iya, kenapa kamu cuma jajan itu, tok?”
“Minggu depan ada terbitan buku dan
novel baru di toko buku pusat kota. Aku nabung buat beli kedua buku itu.”
Krik-krik-krik—
Hak! Langka banget ya ada orang yang
bela-belain gak jajan hanya untuk beli buku. Dan di zaman sekarang masih ada?
Tentu, coba silakan cek di toko sebelah *eh!
Tapi kalau toko sebelahnya tutup ya jangan di tanyain. Hehe.
Ada lagi kah? Bentar saya lagi
mikir. Krik-krik-krik, seketika hening. Ntar, kalau ada tambahan saya tulis
lagi. Wkwk.
Mungkin ketiga reka dialog diatas
adalah gambaran sederhananya. Tentu semua orang punya tipe kekasih idaman dan
tentu setiap orang bebeda-beda. Ada yang ngomong harus punya sifat dan sikap
kayak Naruto, Avatar atau Dudung, Sakura, Himawari atau Ninung. Ada yang
ngomong, harus seromantis dan semelankolis drama korea atau sinetron Indonesia.
Ada lagi, harus seganteng dan secantik aktor dan aktris Korea, Cina atau Turki.
Dan ada-ada lagi lainnya. Semua itu sih tergantung kamunya. Yakinlah!
Reka
dialog sederhana diatas mungkin menjadi salah satu perwakilan kata hati tetangga
saya. Yang jelas, dalam agama yang saya yakini itu kekasih idaman adalah
seiman, sekeyakinan, selain itu pula baik budi pekertinya. Kayaknya masih ada
lanjutan, tapi males ngetiknya. Haha.
Pada
dialog terakhir yang dibahas adalah nabung buat beli buku. Percayalah, ketika
kamu bertemu orang-orang yang sedang baca buku
dimana pun—baik tempat umum—seperti taman, bus, kafe, restoran,
perpustakaan atau toko buku (gak tanya, kan kalau perpus atau toko buku
emang banyak orang yang baca!) itu rasanya adem, apalagi yang dibaca itu
Al-Qur’an, wah adem banget!
Dan
pada reka dialog pertama adalah penyemangat. Saling menyemangati adalah salah
satunya. Percuma saja buat kamu, dia, atau mereka yang sudah pacaran malah gak
saling menyemangati, tentu saling menyemangati dalam hal kebaikan bukan
keburukan. Misalnya saja, kejar-kejaran nilai dalam ulangan, saling
menyemangati ketika ada salah satu terpuruk dalam cita-cita, dan masih banyak
lagi.
Oke,
postingan pertama #10DaysKF pada 18 Januari 2017 cukup sekian. Semoga kamu
terhibur dengan tulisan absurd saya,
kalau pun kamu gak ketawa juga gak masalah kok. Eh jangan-jangan kamu merasa
ada sesuatu. Ah sudahlah. Tunggu postingan selanjutnya, yaaa!
Salam
hangat dari salah satu Anak Nusantara!
Monggo, ikutan juga!
Komentar
Posting Komentar