[LA TANSA] DIBALIK LAYAR LA TANSA

DIBALIK LAYAR LA TANSA
Oleh: Amaliya Khamdanah

Sebuah kisah masa lalu, hadir dibenakku. Saat kulihat surau itu, menyibak lembaran masa, yang indah bersama sahabatku…”—Sepotong Episode Masa Lalu, Edcoustic.

Monggo di download dulu lagunya, dijamin gak nyesel. Wkk. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih telah berkunjung lagi di blog super absurd ini, kkk~ Setelah postingan sebelumnya adalah tantangan hidup dari Kampus Fiksi #10DaysKF. Nah, sampai kelupaan salam kan, Assalamu’alaikum seluruh warga Indonesia yang semoga selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.

Postingan kali ini, saya mau membahas organisasi yang berhasil membuat saya gagal move on! Jiah. Bagaimana tidak, setelah lulus dari madrasah niat lanjutin dan di sekolah baru ada niatan lagi buat gabung di pers, pas lpm-lpm lagi open recruitment, eh kenyataannya gagal seleksi. Apakah ini yang dinamakan gagal move on, Gusti?

La Tansa sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab, artinya jangan lupa. Jangan Lupa untuk sholat, jangan lupa untuk ngaji, jangan lupa untuk terus meperbaiki diri, jangan lupa untuk terus membaca dan menulis.  Dan kalau dipikir-pikir arti La Tansa sendiri saja sudah membuat orang gagal move on *abaikan*

Maaf masnya, fotonya tak buat postingan di blog, jangan marah ke saya ya, marahin saja yang tahun lalu fotoin masnya. *Eh
Jangan tanya siapa modelnya, jelasnya dia anak anime—jejepangan—gitu. Oke, jangan bahas dia, ntar dibaca dia, duh bisa-bisa kalau ketemu ntar saya kena jitakannya. Haha.


Di atas adalah cover dari majalah La Tansa, yang warna biru dari edisi 11 dengan tema IDOLA. Nah, perkara majalah La Tansa edisi 11 saya minat pake banget buat gabung dengan organisasi ini, yang ada di pikiran saat itu hanya, “pokoknya harus bisa gabung dengan organisasi jurnalistik, harus!” dan di bulan berikutnya saya daftar. Dan teman-teman tahu? Pendaftarnya sampai puluhan bahkan kebanyakan dari pendaftar adalah kakak kelas. Nyali semakin ciut. Di minggu selanjutnya pengumuma, Alhamdulillah ada nama teman saya. Di majalah edisi ke-11 juga ada investigasi dengan Dimas Back, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan banyak rubrik menarik lainnya. Oh iya, penulis cerpennya berhasil membuat seluruh warga Madrasah baper. Selamat!

Di sampingnya adalah cover dari majalah La Tansa, yang warna merah dari edisi 12 dengan tema TREND REMAJA MODERN. Kalau di edisi ke-12 saya sudah bergabung, alhasil di bulan Maret saya dan beberapa kru lainnya diajak mengisi kolom Eksis Radar Semarang (Jawa Pos Grup). Rasanya? Gugup banget. Nah, di majalah edisi ke-12 juga berhasil mewawancarai Jusuf Kalla disampingnya itu pimred La Tansa 12 dan berhasil juga mewawancarai Candil kayaknya pas itu ada acara FFI di Semarang. Entah lupa, wes. Selain itu juga ada profil yang diisi oleh Miss Amelia dari AMINEF. Penasaran? Gak tahu tuh stoknya masih ada atau enggak, coba cari di perpus madrasah. Hehe.


Nah, kalau yang cover warna cokelat itu majalah La Tansa edisi 13. Edisi dimana saya dan kawan-kawan memegang kendali. Haha (ketawa jahat). Temanya yang diangkat adalah BACK TO CULTURE. Oke, kalau teman-teman yang sudah baca tuntas sih, isi majalah lebih menekankan pada budaya tradisional di Jawa, bahkan ada beberapa tanggapan dari teman-teman madrasah kalau lebih mengarah pada kejawen. Yah, kan ambilnya tema mengenai budaya, jadi gak salah dong. Tenang, dalam majalah gak ada rubrik yang membahas mengenai cara menyantet yang benar, atau cara-cara lainnya. Insya Allah semuanya halal dalam rubrik ini, halal dibaca maksudnya. Hehe.

Di majalah La Tansa edisi 13 juga berhasil meninvestigasi langsung budayawan terkemuka di Indonesia, Didi Nini Thowok. Nah, disamping beliau itu juga pimrednya—edisi 13. Kayaknya waktu itu beliau sedang ada acara di Semarang, gak tahu tepatnya sih, saya gak ikut soalnya. Kalau profil dari majalah sendiri sengaja meliput kakak kelas, mereka berdua juga alumni kru majalah La Tansa 12. Kak pimred dan Kak sekre. Selain itu juga ada liputan lainnya, narasumbernya adalah M. Iqbal, beliau salah satu jubir AMINEF Indonesia. Padahal, digosipkan saat itu Dubes Amerika Serikat mau datang ke madrasah, eh ternyata. Tapi gak masalah, gak ada dubes yang lainnya pun jadi.

Kalau cover disampingnya itu adalah majalah La Tansa edisi ke-14, yang mengambil tema MENAGKAL RADIKALISME, MENGURAI ARTI JIHAD. Beuh, denger pertama kali kesannya langsung ngeri. Ambil tema ini karena lagi booming-boomingnya teroris, jihad dan sebangsanya. Kalau pas edisi ke-14, saya sudah gak ngaktif lagi mung nimbrung buat mading atau sekadar sharing. Kalau edisi ke-14 ini juga berhasil mewawancarai Kyai yang juga kepala MUI Jawa Tengah. Kan pas banget sama temanya.

Kembali lagi pada edisi ke-13, dimana saya dan teman-teman yang memegang kendali. Pada edisi ke-13 juga banyak hal yang tidak diduga, misalnya datangnya Walikota Semarang ke madrasah. Terus mandapat tugas dari pembimbing majalah buat ngeliput, huaa kalau bisa momen ini diulang lagi Gusti. Hehe. Disamping itu juga saya dan teman-teman juga berhasil foto bersama bapak Pendidikan Kota Semarang, jujur saya gak tahu namanya, tapi guru pembimbing majalah bilang, beliau dulu adalah dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP PGRI (dulu-sekarang Unnes).


Usai workshop mading digital yang diadakan oleh UDINUS bekerjasama dengan Radio GajahMada para peserta foto bareng. Dan sayang sekali, saya gak ketutan kefoto, wkkk.


Kalau ini foto usai syuting tvri Semarang. Walau pun dalam foto ini orang-orangnya gak lengkap, tapi tumben banget kru La Tansa 13 foto bareng. Sebagai tambahan ada satu foto lagi, jangan tanya siapa saja mereka, yang jelas foto di bawah ini adalah kawanan dari edisi 14. Sekian :)




Komentar