Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

[PUISI TANPA JUDUL]

Aku selalu menyukai puisimu.  Kataku diam-diam saat berhasil membaca puisi yang kamu tulis di ruang rumah. Penghunjung, 2021

PUISI-PUISI DARI PURA-PURA PENYAIR

Gambar
Hai! Aku kembali memperkenalkan karya terbaru bersama-sama untuk kamu. Iya, kamu sudah melihatnya, tepat di kover bagian awal postinganku ini. Buku digital (e-book) antologi puisi Doa Wanita Sibuk untuk Kekasih Jauhnya dari Komunitas Pura-Pura Penyair. Juli lalu, tepatnya pada 26 Juli 2021, bertepatan pada perayaan Hari Puisi Nasional, Komunitas Pura-Pura Penyair menerbitkan buku kumpulan puisi ini. Buku yang beisi 60 judul puisi yang ditulis oleh 20 anggota Komunitas Pura-Pura Penyair. Menariknya, dari 20 tersebut, 18 anggota berasal dari lintas daerah di Indonesia, dan 2 anggota lainnya berasal dari Malaysia. 20 anggota tersebut adalah Tengku Putri (Medan), Tegar Satriani (Grobogan), T. Akbar (Bekasi), Sri Maullasari (Pati), Rumpun Rindu (Banyumas), RA (Banyuwangi), Nanadhyla (Langkat), Mohammad Fajar Eky (Nganjuk), Maylitha Demorezza (Indramayu), J.J. Ehak (Lampung), Farizsa Putri Karimah (Depok), Dian Rijal Asyrof (Brebes), Daffa Randai (Palembang), Arrum Ma’rifah (Yogy...

[PUISI] HUJAN DAN KESATUAN DI NEGERIKU

Gambar
HUJAN DAN KESATUAN DI NEGERIKU* Negeriku berjatuhan air mata, banyak sekali butirannya, bening tanpa dosa. Negeriku menjadi bergelimangan air, tak hanya di laut tetapi jalan pun disesaki air bah. Negeriku sepanjang hari hujan, hujan air mata langit hingga hujan air mata para makhluk. Sampai pada hujan yang menggenangi mata bocah tanpa dosa. Negeriku, dari Sabang sampai Marauke, tak luput dari air. Mengalir deras hingga jatuh mengenai pelupuk mata. Negeriku banyak sekali generasi mudanya. Dari Sumatera sampai Irian Jaya, puluhan juta jiwa. Seperti hujan yang turun membasahi negeriku. Membuat laut dengan air mata. Menangis-nangis pada lautan kenangan yang sudah berlalu. Semarang, 27 November 2017 _____________ *Pernah di muat dalam website  Pura-PuraPenyair

[PUISI] BUKU-BUKU BERJALAN

Gambar
BUKU-BUKU BERJALAN Kau duduk di tepian, Berjajar rapi membentuk barisan, Bersama teman-teman serius memperhatikan, Pada alat canggih dalam genggaman. Sepanjang hari tanpa bosan, Jari-jari gemulaimu lancar mengetikkan, Pun lancar menggeser tanpa penghentian, Pula matamu sayu menatap layar bertuan. Zaman teramat kekinian, Satu manusia seribu jaringan, Enggan beranjak dari jalur gratisan, Lagi, duduk dan diam pada layar bertuan. Kau pun enggan berjalan, Masih terpaku pada layar kemewahan, Yang dilihat tak berpendidikan, Pun tak paham apa yang ditontonkan. Layar bertuan seketika menjadi panutan, Buku-buku mulai melangkah ke jalanan. Hingga zaman semakin kekinian, Buku-buku kusam tak bertuan, Menganggur di rak perpustakaan, Tak dijamah berabad oleh tangan, Menjadi makanan rayap dalam keseharian, Buku-buku tak kuasa menahan kesakitan, Berduyun-duyun keluar ruangan, Mencari suaka perlindungan,   Buku-buku tak lagi ...

[PUISI] MIMPI-MIMPI DARI JENDELA

Gambar
MIMPI-MIMPI DARI JENDELA * Langit telah berganti warna, di ufuk barat jingga telah merona, burung-burung kembali ke singgasana, saling bersahutan dengan alam dan bercengkrama. Bocah-bocah berlarian menuju utara, tempat bermain penuh tawa, yang tak terperangkap oleh batasan jaringan, Kau malah berdiri melihat mereka, dari jendela kamar yang lebar, sesekali kau melemparkan senyum mempesona, melihat bocah-bocah berlarian tanpa batas. Langit kemerahan semakin mempesona, teriakan para bocah, lalu tawa yang menggelegar, membuatmu seolah berkata, ada mimpi-mimpi hebat di wajah para bocah tanpa dosa, mimpi-mimpi yang tak terbelenggu oleh orang dewasa, mimpi-mimpi yang tak tergantung pada tetangga, dan mimpi-mimpi membesarkan bangsa. Kau menatap langit dari jendela, merapalkan tangan lalu berdoa, pada Tuhan, tentang doa-doa yang tersirat dari wajah para bocah tanpa dosa, hingga senja telah terlelap, kau menutup doa. Demak, 4 Agustus 2017 ________ *Perna...

[PUISI] IA BERNAMA SEPI

Gambar
IA BERNAMA SEPI  Karya: Aji, Angin, dan Amaliya Berliku-liku, jalan yang di arungi, hingga ia terlelap dalam benak sayup kesepian, tanpa huruf yang hendak merangkai kata, tanpa kata yang tak sanggup menjadi kalimat. Bibir pun terasa pecah, menelan pahitnya emosi, beranjak pada ruang gelap, tak pandai lagi tubuh berjalan, kesana kemari tak tentu arah langkah, terombang-ambing bak kapal tanpa nahkoda, dan yang kurasa kesunyian belaka. Sedikit suara itu mulai mengeras, menggugurkan malam yang akan berhenti, pada satu detakan, Semoga Tuhan tak mematikannya, dalam lika-liku jalan bernama; kesepian. Tidurlah, esok kau kan terbangun, melihat isi dunia yang konyol, hingga kau bosan dan memilih tidur lagi, Terlelap selamanya, dalam pangkuanmu; bernama sepi. Demak,  Salatiga, 29 Mei 2018. ______ Catatan: Puisi kolaborasi antara Aji Santosa (Juara 2 Lomba Baca Puisi KSD Semarang) dan Amaliya Khamdanah. Puisi di tulis dalam keadaan mengerja...

[PUISI]--SURAT KECIL UNTUK SANG JENDRAL

Gambar
SURAT KECIL UNTUK SANG JENDERAL Oleh: Amaliya Khamdanah Dari anak manusia di zaman kekinian, Puisi sederhana teruntukmu Pak Dirman, Semoga engkau tak sedih membacanya dikemudian. Negeri ini sudah terbebas dari penjajahan, Tujuh puluh dua tahun meraih kemerdekaan, Berkat jasamu dan jasa para pahlawan, Tak lupa sejumput doa menyertai langkah pembebasan. Pak Soedirman, Perjuanganmu tak pernah letih mengusir penjajahan, Larimu tergopoh-gopoh, napasmu sesenggukan, Sebenarnya tangis telah engkau tahan, Merana kesakitan hingga paru-paru hilang sebagian, Naik turun gunung menjadi keseharian, Pejuang lain pun turut tewas termakan senapan, Engkau tetap tak gentar di barisan terdepan. Hari ini di kota sejuta kenangan, Para darah muda dilanda zaman kekinian, Di mana banyak yang lupa pada perjuangan. Sungguh, Pak Dirman, janganlah menangis lagi di kemudian, Sungguh, Pak Dirman, janganlah menyesal telah memerdekakan. Surat kecil ini semog...

[PUISI]--MENYIBAK SEJARAH KOTA WALI

Gambar
MENYIBAK SEJARAH KOTA WALI Oleh: Amaliya Khamdanah Langkah dalam keramaian Sejenak terhenti dalam langkah Bertanya-tanya akan sebuah peristiwa lalu Namun, mentari diujung barat mulai menghilang... Tak satupun sejengkal langkahku terhenti untuk berpikir Kisah lama yang benar-benar nyata Dimana tempat aku dilahirkan Kota Wali, Demakku... Tak banyak yang mengerti akanmu Tak banyak dari mereka yang memperdulikanmu Acuh! Namun tak semua Kota yang dulu pernah menguasai seluruh daratan Jawa Menyeberang dan melawan Portugis hingga mati Hindu Budha seakan takluk dalam toleransi Syair-syair agama melalang buana hingga penjuru negeri Kisah sang Walisongo penyebar agama Islam pertama di Jawa Menambah ulasan sejarah menarik tentangmu... Mereka tahu kehebatanmu Seberapa kuat benteng pertahananmu Majapahit pun dapat tunduk padamu Sawah membentang luas Lautan juga tak kalah luasnya Rakyatpun hidup makmur dan penuh suka cita... Ter...

PUISI KOSONG

Gambar
PUISI KOSONG Oleh: Amaliya Khamdanah Kosong, Puisi kosong, mungkin? Kosong, Puisi kosong tak bertinta Kosong, Puisi kosong tak berfonem Kosong, Puisi kosong takberfrasa Kosong, Puisi kosong tak berklausa Kosong, Puisi kosong tak berkalimat Kosong, Puisi kosong tak berpragraf Kosong, Puisi kosong tak berwacana Kosong, Puisi kosong mungkin (tak) bermakna . . Semarang, 12 Desember 2015

PUISI KOSONG

Gambar
PUISI KOSONG Oleh: Amaliya Khamdanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Demak, 30 November 2016

SEPOTONG CINTA ANAK NEGERI

Gambar
Oleh: Amaliya Khamdanah Cinta memang tak dapat dijelaskan eksistensinya Cinta juga tak dapat dijabarkan oleh kata Cinta juga sulit dimengerti Namun, cinta seperti angin yang dapat merasakan semilirnya... Duh, remaja sekarang selalu membahas hal sama Dari pucuk pegunungan, hingga pesisir pantai Dari ujung rambut Indonesia sampai ujung kaki Indonesia Membahas hal sama jua Virus merah jambu, cinta... Aduh, virus merah jambu Aduh, cinta seperti apa yang dimaksud Aduhai, tenang saja jangan terlalu panik Puisi yang kutulis berbeda dari sebelumnya Ya walau ini cinta, namun bukan cinta biasa Bukan pula virus mematikan merah jambu Ssstt... Bisik cinta dalam hati Terdengar tulus dan menentramkan jiwa Bahakan bisa sangat menyegarkan seperti tetesan embun pagi Bisa pula sekeren senja di ufuk barat Aduhai, lihatlah dia nampak sempurna! Bagai permata yang harganya tiada banding Sssttt... Dia adalah negeriku Dia adalah tempat di...