Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

MEMBACA BUKU MELALUI I-PUSNAS

Gambar
Aku baru mendengar buku digital, apa maksudnya? Coba jelaskan padaku? Apakah harus berbayar? Atau jika ada yang gratis, dimanakah itu? Jangan-jangan masih ada pertanyaan lagi, ya? Gapapa, tanyakan saja ke sini. Nanti, kita akan bersama-sama menemukan jawabannya atau jika tidak, kemungkinan adalah saling memberi saran. Menyenangkan, bukan? Mari dilanjut dengan memberi jawaban atau saran untuk beberapa pertanyaan yang sudah tertulis di atas. Eh, kamu (yang baca) sudah menjawab dalam hati atau menjawabnya secara lirih? Apakah buku digital itu? Buku digital atau yang biasa kita kenal dengan istilah ebook, elektronic-book . Oh iya, sedikit informasi, ponselku memang menggunakan latar gelap, sehingga beberapa aplikasi lain ikut berlatar gelap, seperti yang kamu lihat ini. iPusnas merupakan perpustakaan digital. Mengutip tulisan dari Kompasiana merupakan aplikasi perpustakaan digital (ePustaka) yang dimiliki oleh Badan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang bekerjasam

[BUKU] TARIKH MELALUI MUHAMMADKU SAYANGKU

Gambar
Muhammadku Sayangku merupakan buku karya Pakyai Edi AH Iyubenu, terbitan Diva Press pada 2019 dengan tebal 236 halaman. Sampai saat ini, buku Muhammadku Sayangku telah sampai series ketiga. Muhammadku Sayangku pada review kali ini adalah buku yang pertama yang kata pengantarnya ditulis oleh Habib Husein Ja'far Hadar. Di bagian pengantar, pembaca diperkenalkan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Apa saja itu? Luar biasa banyak~ "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56) Bila ada kata yang lebih dalam lagi, apa itu? Ketika aku membaca kalimat ini, ada rasa tertegun. Bila ada kata yang lebih dalam lagi, apa itu? Makdeg! Seperti tidak ada kata-kata lagi yang bisa menggambarkan perasaan Cinta pada Kanjeng Nabi, karena begitu sangat dalam dan luas. Kemudian, ketika membuka hal

[SAAT KITA CERITA NANTI] BAGAIMANA DENGAN BUKU PERTAMAMU (BAGIAN 1)

Gambar
"Puisi Joko Pinurbo?" Seseorang telah tiba, berdiri disampingku menatap buku yang berjejer rapi di rak. Tapi, aku tidak mengetahui siapa orang ini.  "Iya," balasku lirih. Tak ada jawaban lagi. Kedua sudut mataku menangkap sesekali. Orang-orang yang berlalu-lalang, berhenti dan menatap jajaran rak buku sama seperti yang dilakukan 'seseorang' beberapa menit yang lalu. Apa peduliku tentang pertanyaan itu? Aku kembali mengamati buku per buku. Membolak-baliknya, membaca bagian blurb, harga, dan mengagumi setiap kover buku. Beberapa buku ada yang sudah lepas dari plastiknya, terbuka. Entah, aku juga tidak terlalu mengerti, apakah memang disengaja oleh petugas toko buku atau tangan-tangan penasaran. Tetapi, apapun itu, aku cukup berterima kasih, karena bisa membaca sekilas isi buku. Iya, setidaknya sebelum final memutuskan untuk membawanya ke kasir. "Srimenanti, kamu sudah baca?" Suara itu lagi. Aku menoleh ke kanan dan kiriku. Seperti tahu p

[BUKU] DARI LUKA DI MASA LALU SAMPAI MENGHENINGKAN CINTA

Gambar
Memulainya dari perkenalan dengan Sunyi. Ia ada dalam buku Mengheningkan Cinta karya Adjie Santosoputro, yang terbit di Bentang Pustaka untuk pertama kalinya pada tahun 2020. Buku dengan 194 halaman yang akan membawamu berkelana, menyusuri diri. Iya, kamu tidak salah membacanya. Diri sendiri. Sunyi akan mengajakmu ke mana saja dalam diri, dari pikiran, emosi, perasaan, perilaku, yang ternyata begitu dalam. Tentu, sesuai judulnya, tidak akan jauh-jauh dari cinta dan akan saling berkaitan dengan cinta. Apakah itu? Adjie suatu ketika bertanya kepada Sunyi, tentang perasaan yang menghampirinya, seperti kesedihan karena penolakan, sendiri kesepian karena kehilangan, atau kemarahan karena perpisahan. Kemudian yang dilakukan diri malah menyiksa, seperti menekan, memendam, atau melampiaskannya dengan membabi buta, atau mungkin melampiaskan serta memberi makna atas kejadian tersebut untuk menghibur hati. Kemudian, Sunyi menjawab, tidak terlalu panjang, tetapi ada di halaman 4-5, ka

[BUKU] BELAJAR MENGAKUI SISI LAIN DALAM DIRI MELALUI I WANT TO DIE BUT I WANT EAT TTEOKPOKKI (SELESAI)

Gambar
Rasa percaya bahwa meskipun hari ini bukanlah hari yang sempurna, hari ini bisa menjadi hari yang cukup dan baik-baik saja. Rasa percaya bahwa hidup adalah ketika meskipun aku merasa depresi seharian penuh, aku masih bisa tersenyum hanya gara-gara sebuah hal kecil sekalipun. Kini aku juga tahu bahwa menunjukkan sisi gelap dari diriku adalah sama normalnya seperti saat aku menunjukkan sisi terang dari diriku. Aku melakukan seni dengan caraku sendiri. Aku ingin bersungguh-sungguh mendekat pada hati seseorang tanpa ada motif tersembunyi dalam diriku. I Want To Die But I Want To Eat Tteopokki (죽고 싶지만 떡볶이는 먹고 싶어) merupakan buku dari Baek Se Hee penulis asal Korea Selatan yang kini karyanya juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru, dengan 236 halaman yang terbit pada tahun 2019. Seperti yang sudah diceritakan dalam review sebelum ini ( klik saja nanti akan membawamu pada review buku bagian pertama ) dan akan selesai pada postingan kedua ini. Buku ini adala

[BUKU] BELAJAR MENGAKUI SISI LAIN DALAM DIRI MELALUI I WANT TO DIE BUT I WANT EAT TTEOKPOKKI

Gambar
Katanya mau mati, kenapa malah memikirkan jajanan kaki lima? Apa benar aku ingin mati? dr. Jiemi seorang Psikiater menulis dalam pengantarnya, "Esai ini ditulis apa adanya berdasarkan pengalaman penulis yang mengalami distimia." Apa itu distimia? Pertanyaan itu akan muncul ketika kamu membaca kover, blurb, dan ketika membaca bagian-bagian awal di buku ini. Tetapi, dengan sangat baik hati, dr. Jiemi menjelaskan rentang distimia dan beberapa istilah medis yang berkaitan dengan psikis secara singkat di bagian pengantar. Distimia ini adalah bentuk kronis (jangka panjang) dari depresi. Distimia berbeda dengan depresi dalam derajatnya serta durasinya yang sangat lama. (Hlm: 6) " Salah satu cara untuk membuat diriku merasa bebas adalah dengan menunjukkan sisi gelapku. Aku ingin orang-orang yang berharga bagiku mengetahui sisi gelap itu juga merupakan bagian dari diriku ." (Bagian awal sebelum pengantar dari penulis) Aku menyebut buku ini sebagai buku yang jujur

MEMBACA PESAN YANG TELAH BERLALU

Gambar
Menutup buku hari ini, bukan karena sudah mengkhatamkan buku yang sedang kubaca. Belum. Tetapi, aku butuh rehat sejenak atau mungkin lama, sampai beberapa hari atau minggu, untuk kembali melanjutkan kembali membaca buku tersebut. Hal itu kulakukan berulang kali ketika membaca buku. Makanya, tidak mengejutkan kalau dalam satu tahun, aku hanya bisa mengkhatamkan beberapa buku saja, tidak sampai tiga-puluh buku. Tidak apa-apa dan tidak masalah juga . Perkataan itu selalu kukatakan pada diriku. Toh, memang tidak ada yang salah ketika aku atau kamu hanya bisa membaca buku sampai rampung atau tidak dengan total buku yang sedikit. Sempat terbesit saat melihat timeline dipenuhi dengan orang-orang yang melihatkan target bacanya sampai puluhan bahkan yang terbaru ada yang sampai ratusan dalam satu tahun. Bagiku, hal itu sungguh menakjubkan.  Keren sekali! Aku kembali melihat diriku dan berkata jujur, maaf, belum bisa seperti itu.  Kemudian, dalam diriku juga berkata lagi

[JALAN-JALAN] DARI TRANS SEMARANG SAMPAI MICROLIBRARY WARAK KAYU

Gambar
Jalan-jalan ke Semarang tak akan membuatmu khawatir tentang transportasi. Berbagai jenis kendaraan publik, tersedia di ibukota Jawa Tengah ini, seperti BRT Semarang atau yang dikenal juga dengan Trans Semarang, bus pintu dua, dahyatsu (angkutan oren), sampai ojek-ojek (online maupun konvensional). Juni lalu, temanku mengajak jalan-jalan Semarang tanpa menaiki motor, tetapi dengan transportasi umum dan sepakat untuk naik BRT Semarang. Selanjutnya menentukan tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Iya, kami memiliki keinginan yang berbeda-beda. Temanku mengusulkan untuk pergi ke Gramedia Pandanaran, sedangkan aku mengusulkan untuk ke Microlibrary Warak Kayu. Perjalanan dimulai dari Tugu, kami harus menunggu Trans Semarang di halte terdekat. Bus tersebut dengan Koridor I dengan rute Mangkang-Penggaron, sedangkan tujuan pertama kami adalah Microlibrary Warak Kayu yang letaknya di Jl. Dr. Sutomo dekat dengan RSUD Kariadi. Artinya, kami harus transit di halte-point yang berada di Jl. Pemuda

[SAAT KITA CERITA NANTI] LANGIT HARI INI

Gambar
Hari ini aku memutuskan keluar rumah setelah hampir satu minggu berdiam diri dalam kamar. Iya, sebetulnya tidak juga, karena bolak-balik kamar kecil, ruang makan, ruang keluarga, atau mengambil sesuatu dari lemari yang berada di ruang tamu. Terlebih, tiga hari belakangan, hujan terus mengguyur kota tempatku tinggal, seperti sah-sah saja ketika memutuskan hanya untuk beraktivitas dalam rumah dan ternyata hujan mengguyur selama itu. "Aku keluar dulu, ya, Bu! Sekadar jalan-jalan keliling kompleks dan desa seberang," pamitku, "assalamu'alaikum." Aku menutup pintu rumah sekaligus membawa satu buku puisi serta tas berisi kamera miroless dan dompet. Aku memilih jalan di trotoar, atau ketika jalan ini putus, aku tetap berada di kiri jalan dan sebisa mungkin tetap mengamati sekitar, termasuk kendaraan bermotor yang lalu-lalang. Beberapa ruas jalan terlihat masih membekas air hujan yang menjadi genangan. Hujan yang baru berhenti dini hari tadi, bahkan, di bebe

[JALAN-JALAN] GALERI SENI DI UJUNG GANG

Gambar
"Sudah pernah ke sini, Mbak?" tanya seorang  laki-laki—yang dalam tebakanku berusia lima-puluh tahunan—menyapa kami. Kami menggeleng secara bersamaan, tapi, dengan cepat aku melanjutkan, "Kalau ke Kota Lamanya malah bolak-balik, Pak." "Wah, yasudah, selamat menikmati karya seni yang ada di sini, ya, Mbak-mbak!" ucap beliau lagi, ramah sekali. Hari itu, 2 September 2021, saudara perempuanku mengajak mengunjungi suatu tempat di Kota Lama, yaitu Galeri Kesenian di Semarang yang berada di Kawasan Kota Lama. Kota Lama bagi orang-orang Semarang dan sekitarnya, terkenal sebagai tempat wisata yang menyimpan nilai-nilai sejarah, bangunan khas kolonial, dan sangat artistik atau mungkin lainya. Di Kawasan Kota Lama, selain bisa berjalan-jalan puas mengitari bangunan-bangunan yang sampai saat ini terawat, juga bisa mengunjungi tempat seperti Museum 3D Art, Galeri UMKM, sampai Galeri Kesenian Semarang atau Semarang Contemporary Art Gallery. Terletak di Jl.

PUISI-PUISI DARI PURA-PURA PENYAIR

Gambar
Hai! Aku kembali memperkenalkan karya terbaru bersama-sama untuk kamu. Iya, kamu sudah melihatnya, tepat di kover bagian awal postinganku ini. Buku digital (e-book) antologi puisi Doa Wanita Sibuk untuk Kekasih Jauhnya dari Komunitas Pura-Pura Penyair. Juli lalu, tepatnya pada 26 Juli 2021, bertepatan pada perayaan Hari Puisi Nasional, Komunitas Pura-Pura Penyair menerbitkan buku kumpulan puisi ini. Buku yang beisi 60 judul puisi yang ditulis oleh 20 anggota Komunitas Pura-Pura Penyair. Menariknya, dari 20 tersebut, 18 anggota berasal dari lintas daerah di Indonesia, dan 2 anggota lainnya berasal dari Malaysia. 20 anggota tersebut adalah Tengku Putri (Medan), Tegar Satriani (Grobogan), T. Akbar (Bekasi), Sri Maullasari (Pati), Rumpun Rindu (Banyumas), RA (Banyuwangi), Nanadhyla (Langkat), Mohammad Fajar Eky (Nganjuk), Maylitha Demorezza (Indramayu), J.J. Ehak (Lampung), Farizsa Putri Karimah (Depok), Dian Rijal Asyrof (Brebes), Daffa Randai (Palembang), Arrum Ma’rifah (Yogy

BERALIH NAMA BLOG

Gambar
Hai! Aku ingin memberi kabar, ntah, apakah ini termasuk kabar baik atau sebaliknya, tetapi perlu diketahui agar tidak mencari. 5 Oktober 2021, aku memutuskan untuk mengganti laman blogspotku dengan nama lain. Iya, mengubahnya tanpa menggunakan nama asliku, tetapi bukan nama pena. Coba kamu lihat bagian atas atau bagian laman web, sekarang sudah tertulis https://sedangmembacaapa.blogspot.com/ , kan. Tepat! Ada perasaan yang menyayangkan karena mengganti nama blog yang sudah ada sejak 2015 lalu, tetapi, aku berpikir ulang untuk ini cukup lama. Tahun lalu, sempat terbesit menggantinya dengan kata yang masih berkaitan dengan namaku, tetapi, beberapa opsi yang aku pilih terdengar lucu dan tidak berfilosofis, menurutku. Sampai pada hari ini, aku menemukan nama ini. Nama yang aku gunakan sekarang, jika kamu mencari tahu di kolom pencarian Instagram, akan menemukan  @sedangmembacaapa . Nah, tepat! Nama blog ini menjadi satu nama dengan akun Instagram tersebut. Sangat mewakili! Oh i

TANGAN-TANGAN SURGA

Gambar
Kau pernah melihat malaikat? Sepertinya tidak. Karena penggambaran malaikat selama ini adalah memiliki sayap, putih, dan besar. Tetapi, kurasa kau pernah melihatnya, malaikat dalam bentuk lain yang sengaja Tuhan ciptakan untukmu, malaikat tanpa sayap yang kini tengah berjuang demi masa depanmu. Aku senang menyebutnya sebagai malaikat tanpa sayap. Kurasa kau sependapat denganku akan hal ini. Karenanya adalah perwakilan Tuhan di muka bumi ini untuk menjaga serta merawat hingga menjadikanmu bermanfaat bagi sesama di sepanjang hidup yang kau jalani. Karenanya lagi adalah tangan-tangan Tuhan yang sengaja diciptakan untuk mendidikmu hingga menjadi baik dan senantiasa menebar kebaikan seperti yang ia lakukan padamu sejak lama. Malaikat tanpa sayap itu adalah kedua orangtuamu, yang hingga detik ini merawat serta mendoakanmu selalu tanpa henti. Di sepanjang langkahnya selalu tersematkan namamu. Karena baginya, kau adalah harta yang tak dapat ditukar dengan nominal, apalagi selembar kertas t

DARI OBROLAN TURUN KE HATI

Gambar
  “Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta .” (Najwa Shihab) Ketika pertama kali membaca kutipan itu pada salah satu konten toko buku online di instagram, saya mulai berpikir ulang dan bertanya-tanya tentang satu buku yang berhasil membawa sampai ke titik ini. Buku apa dan siapa penulisnya, ya? Saat itu masih di bangku sekolah menengah pertama, satu buku berjenis novel dari penulis Semarang yang sempat menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Iya, novel Ketika Cinta Bertasbih-nya Habiburrahman El-Shirazy atau Kang Abik. Saya banyak terkejutnya ketika tahu dalam novelnya ada latar tempat di kecamatan tempat tinggal. Sangat menakjubkan! Novel ini best-seller, lho, nggak main-main! dan semakin kagum ketika membaca profil Kang Abik di bagian akhir halaman, tertulis pernah nyantri di salah satu pondok pesantren di Mranggen, Demak. Lho, tetangga kecamatan! Saya ingat, saat itu dalam diri saya, meresponnya dengan heboh. Per