[BUKU] BELAJAR MENGAKUI SISI LAIN DALAM DIRI MELALUI I WANT TO DIE BUT I WANT EAT TTEOKPOKKI

Katanya mau mati, kenapa malah memikirkan jajanan kaki lima? Apa benar aku ingin mati?

dr. Jiemi seorang Psikiater menulis dalam pengantarnya, "Esai ini ditulis apa adanya berdasarkan pengalaman penulis yang mengalami distimia."

Apa itu distimia? Pertanyaan itu akan muncul ketika kamu membaca kover, blurb, dan ketika membaca bagian-bagian awal di buku ini. Tetapi, dengan sangat baik hati, dr. Jiemi menjelaskan rentang distimia dan beberapa istilah medis yang berkaitan dengan psikis secara singkat di bagian pengantar. Distimia ini adalah bentuk kronis (jangka panjang) dari depresi. Distimia berbeda dengan depresi dalam derajatnya serta durasinya yang sangat lama. (Hlm: 6)

"Salah satu cara untuk membuat diriku merasa bebas adalah dengan menunjukkan sisi gelapku. Aku ingin orang-orang yang berharga bagiku mengetahui sisi gelap itu juga merupakan bagian dari diriku." (Bagian awal sebelum pengantar dari penulis)

Aku menyebut buku ini sebagai buku yang jujur. Benar saja, semakin membuka halaman per halaman, bab demi bab, akan semakin terasa, bahwa tulisan-tulisan yang ada di buku ini berkata apa adanya. Semakin dalam, seperti membuka lembaran-lembaran pada diri yang penuh dengan emosi. Kamu masih ingat, kan, kalau emosi dalam setiap diri individu tidak hanya berisi kebahagiaan dan kesenangan, tetapi ada kesedihan, marah, kecewa, dll, kan? Nah!

I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki, bercerita tentang itu. Selain emosi yang ada dalam diri individu, juga tentang pikiran, dari cara berpikir yang 'normal' sampai menganggap sesuatu secara ekstrem. Jadi teringat dengan istilah klinis disqualifying the positive yang ditulis dr. Jiemi, menyebut segala peristiwa yang masuk kita persepsikan dengan sudut pandang yang negatif, kalau ada peristiwa positif yang kita alami, maka itu diartikan kembali buruk.

Ada beberapa bab yang bercerita tentang cara berpikir yang ekstrem yang saling berkesinambungan. Melalui buku ini, aku baru menyadari, kalau berpikir yang hanya menyediakan dua opsi atau ya dan tidak atau hitam dan putih, akan memiliki dampak kurang baik. Aku mengutipnya dari halaman 114, "Masalah terbesarnya adalah logika hitam-putih." lalu dilanjutkan lagi pada paragraf selanjutnya, "Anda selalu hanya memberi diri Anda sendiri dua pilihan. Iya atau tidak. Tidak ada titik tengah." dan kemudian ditutup dengan, "Akhirnya Anda pun menjadi lelah karena harus menunjukkan sosok yang bukan diri Anda sebenarnya."

Pada halaman 82 juga ada kesinambungan dengan bagian ini, "Anda harus menghilangkan pikiran yang menilai apakah Anda ini orang yang spesial atau tidak. Di dunia ini, pilihan yang ada bukan hanya 'baik dan buruk' maupun 'hitam dan putih' saja, kan?" Benar, kan? Begitu sebaiknya, setiap berpikir dengan menggunakan sudut pandang yang lebih dan banyak kemungkinan.

Berkaitan dengan berpikir, aku jadi teringat juga dengan personal-space yang 'dibuat' individu dalam keseharian. Hal ini juga disinggung dalam buku ini, standar-standar yang dibuat individu dalam menjalankan aktivitas atau sesuatu. Seperti di halaman 35-36, "Sepertinya Anda berpikir bahwa jumlah hal yang Anda lakukan adalah hasil dari standar yang Anda buat sendiri atau dari rasa tanggungjawab yang berasal dari diri Anda, bukan benar-benar yang ingin Anda lakukan." 

Dalam buku diceritakan, tokoh aku yang mempunyai standar (salah satunya) obsesi terhadap penampilan yang sangat parah. "Obsesi itu tidak akan muncul gara-gara penampilan Anda. Obsesi terhadap penampilan itu muncul karena Anda memiliki gambaran yang ideal tentang sosok diri Anda. Akibat standar yang Anda buat sendiri itu, maka kriteria Anda menjadi sempit dan tinggi." kemudian mengutip percakapan sebelumnya, "Sebaliknya, jika seseorang puas dengan dirinya sendiri, maka mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh apapun yang dikatakan orang lain." Iya, aku sangat setuju dengan ini!


Oh iya, review buku ini belum selesai. Akan aku lanjutkan ke postingan selanjutnya. Jangan lupa dibaca juga, ya! Berikut ini informasi lengkap tentang buku yang kureview ini;

Judul buku: I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki
Penulis: Baek Se Hee
Halaman: 263
Penerbit: Penerbit Haru (terjemahan)
Harga buku: Rp. 99.000,- (Harga P. Jawa)
ISBN: 9786237351030

Komentar