[BUKU] DARI LUKA DI MASA LALU SAMPAI MENGHENINGKAN CINTA

Memulainya dari perkenalan dengan Sunyi. Ia ada dalam buku Mengheningkan Cinta karya Adjie Santosoputro, yang terbit di Bentang Pustaka untuk pertama kalinya pada tahun 2020. Buku dengan 194 halaman yang akan membawamu berkelana, menyusuri diri. Iya, kamu tidak salah membacanya. Diri sendiri. Sunyi akan mengajakmu ke mana saja dalam diri, dari pikiran, emosi, perasaan, perilaku, yang ternyata begitu dalam. Tentu, sesuai judulnya, tidak akan jauh-jauh dari cinta dan akan saling berkaitan dengan cinta. Apakah itu?

Adjie suatu ketika bertanya kepada Sunyi, tentang perasaan yang menghampirinya, seperti kesedihan karena penolakan, sendiri kesepian karena kehilangan, atau kemarahan karena perpisahan. Kemudian yang dilakukan diri malah menyiksa, seperti menekan, memendam, atau melampiaskannya dengan membabi buta, atau mungkin melampiaskan serta memberi makna atas kejadian tersebut untuk menghibur hati. Kemudian, Sunyi menjawab, tidak terlalu panjang, tetapi ada di halaman 4-5, kamu bisa membacanya secara utuh. Sunyi menyinggung, dengan berkata untuk mempersilakan perasaan yang datang tiba-tiba datang, mungkin kita ingin menangis. Menangislah, tidak apa-apa.

Aku cukup tertegun membaca bagian ini. Bukankah hal ini mengingatkan kembali pada materi berpikir dan alam bawah sadar? Iya, alam bawah sadar yang jarang kita ketahui, jarang diketuk dan disadari. Jangan-jangan apa yang terjadi dan kita pusingkan hari ini adalah manifestasi sesuatu (yang kita lupa) dari alam bawah sadar.

Maka, dari cara itu, kita mulai berlatih merasa nyaman ditemani berbagai perasaan, untuk kelak kita akan mampu selalu merasa di rumah di mana pun kita melangkah. Bersikap lembut pada rasa sedih dan sepi. Bersikap ramah pada tangis dan rasa marah.

Ternyata, jika kita lebih peka lagi atau minimal menanamkan sadar sejak dini, ada kaitan lagi dengan perasaan orang tua di masa lalu yang diwariskan pada diri. Maka, di penghujung paragraf bagian ini berkata, "Kita bersikap welas asih pada segala rasa yang datang, kita tengah membantu diri sendiri dan juga membantu orang tua kita agar derita di dalam diri mereka berkurang." (Halaman: 5).

Aku mengutipnya lagi dari halaman 19, "Pola pikir yang begitu kaku bahwa perjalanan jatuh cinta itu hanya berisi gembira dan tawa, bisa berakibat bahaya." yang ternyata Sunyi melanjutkannya lagi dan sangat berkaitan dengan pola pikir yang diajarkan waktu kecil. Cukup membuatku terbelalak, semasa kecil kita jarang atau bahkan tidak dibekali kemampuan untuk menerima rasa kecewa. Jangan-jangan tidak bisa menerima rasa kecewa dan menyangkalnya membuat diri semakin terpuruk. Ah, lagi-lagi.

Semakin bertambah halaman, pembahasan tentang cinta dalam Mengheningkan Cinta akan semakin sederhana, maksudku akan sering ditemui dalam keseharian, tetapi semakin dalam maknanya. Kamu tahu? Setelah di bagian-bagian tadi, Adjie dan Sunyi terus berbincang dalam sepi dan hening. Bahwa, diri sering lupa dan tidak menyadari, tentang pasangan maupun orang lain dan sesuatu yang ada dalam pikir, sifat,  dan karakter yang berbeda-beda. Kalau soal cinta, merasa sudah pintar perihal cinta justru merupakan awal dari kebodohan di depan cinta. (Halaman: 29).

Haha, ternyata lika-liku dalam menjalin hubungan dengan seseorang (ya, pasangan) menjadi bahasan dalam buku ini. Aku sedikit terkejut, tetapi, banyak diam dan menyimak, sesekali menanyakan pada diri. Oh, ini pelajaran yang berharga! Dari pasangan yang sempurna sampai tidak sempurna, lalu berlanjut tentang kepercayaan pada pasangan, berlatih mengecilkan ego, saling menerima, mengalah, memaafkan, sekaligus merasa khawatir dan cemas sampai perbedaan pendapat. Bahasan di Mengheninhkan Cinta semakin ramai saja, ya. Di kepalamu juga ikut-ikutan ramai, kah? Nggak apa-apa.

Cinta tidak akan jauh-jauh juga dengan patah hati. Iya, begitulah. Aku menyimak lagi di bagian selanjutnya. Sunyi, kenapa patah hati kita tak kunjung sembuh? Ah, sial, kenapa buku ini bisa tahu sesuatu yang aku pikirkan. Berlanjut lagi, dan Sunyi memberikan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan. Kamu bisa membacanya di halaman 93-97.

Eh, sepertinya terlalu panjang? Hehe. Semoga ada manfaat untuk kita! Aku senang kamu sudah membaca review buku nonfiksi yang ini sampai paragraf yang entah keberapa ini. Terima kasih, ya!

Komentar

Posting Komentar