MEMBACA PESAN YANG TELAH BERLALU

Menutup buku hari ini, bukan karena sudah mengkhatamkan buku yang sedang kubaca. Belum. Tetapi, aku butuh rehat sejenak atau mungkin lama, sampai beberapa hari atau minggu, untuk kembali melanjutkan kembali membaca buku tersebut. Hal itu kulakukan berulang kali ketika membaca buku. Makanya, tidak mengejutkan kalau dalam satu tahun, aku hanya bisa mengkhatamkan beberapa buku saja, tidak sampai tiga-puluh buku.

Tidak apa-apa dan tidak masalah juga. Perkataan itu selalu kukatakan pada diriku. Toh, memang tidak ada yang salah ketika aku atau kamu hanya bisa membaca buku sampai rampung atau tidak dengan total buku yang sedikit.

Sempat terbesit saat melihat timeline dipenuhi dengan orang-orang yang melihatkan target bacanya sampai puluhan bahkan yang terbaru ada yang sampai ratusan dalam satu tahun. Bagiku, hal itu sungguh menakjubkan. Keren sekali!

Aku kembali melihat diriku dan berkata jujur, maaf, belum bisa seperti itu. Kemudian, dalam diriku juga berkata lagi, oh tentu, tidak ada masalah, tidak usah grusa-grusu. Setiap orang memiliki target masing-masing, termasuk dalam target membaca. Aku menyadari itu, sehingga kukatakan lagi pada diriku, buatlah nyaman saat sedang membaca dan temukan kenikmatan membaca versimu.

Aku jadi teringat dengan salah satu obrolan dengan seorang guru sewaktu masih dibangku MAN. Saat itu obrolan kami seputar novel, kata beliau, sewaktu kuliah dulu sering membaca novel. Aku juga bercerita kalau senang membaca novel. Singkat cerita, beliau meminjam salah satu koleksi novelku dan akan membacanya di waktu senggang. Aku mengiyakan. Keesokan harinya aku kembali ke ruang guru dan membawa novel tersebut. Sempat minder karena novel yang aku bawa bukanlah novel sastra, tetapi, beliau dengan santainya menjawabnya dengan tersenyum, kan, tetap bisa dibaca. Aku mengiyakan. Hari-hari selanjutnya ketika masuk ruang guru, beliau mengembalikan novel tersebut dan bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama. Sungguh, saat itu aku juga merasa senang, karena ternyata seorang guru juga membaca novel sama sepertiku. Maksudku, aku tidak salah memiliki hobi membaca novel.

Beberapa hari kemudian, seperti yang aku tulis di paragraf sebelumnya, sampai pada suatu hari, aku terkejut ketika beliau mengembalikan novel dua hari kemudian, padahal, novel yang aku pinjamkan saat itu lumayan tebal, sekitar tiga-ratus halaman. 
"Bu Guru benar-benar sudah selesai membaca novel itu?" tanyaku terkejut. 
Beliau hanya tertawa, lalu menjawabnya dengan tenang, "Iya, sudah."
Aku kembali bertanya, "Kok bisa, Bu? Aku saja membaca novel ini lebih dari dua bulan."
Beliau kembali tertawa melihatku. Mungkin saat itu beliau benar-benar membaca ekspresiku dan dengan santainya menjawab, "Nanti, kalau kamu sudah terbiasa, pasti akan tahu."

Haha, ternyata begitu, ya. Iya, walaupun sampai hari ini aku masih terus berusaha dan menggali keadaan diriku (secara psikis), teringat dan menemukan obrolan sederhana dengan ibu guru seperti memberi jawaban. Sedikit demi sedikit (entah jadi bukit atau tidak) aku mulai memahami, oh ternyata pesan yang beliau maksudkan seperti itu. 

Ketika belum terbiasa membaca, buku setebal akan lama dirampungkan. Tetapi, ketika sudah terbiasa membaca akan terasa lebih cepat. Ah tidak, ada tambahan lagi. Ada yang sudah terbiasa membaca buku tetapi memilih merampungkan bacaannya lama. Ada juga, kan? Yowes, apapun pilihanmu, selamat membaca, ya!

Komentar