BOY CANDRA: DARI KEPITING MENJADI NOVEL
BOY
CANDRA: DARI CARI KEPITING MENJADI NOVEL
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Assalamu’alaikum.
Hai kawan! Apa kabar? Semoga selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT.
Aamiin. Maaf ya, beberapa bulan yang lalu tulisanku seputaran tugas, belum sempat
menulis hal-hal absurd seperti tulisan ini. Haha, emangonosingmoco,mal~
RAKNO! Oke, sip.
Sebenarnya
banyak hal yang ingin aku bagikan di blog absurd ini, tapi sabar, ya, bertahap.
Semua butuh proses. Karena pemilik blog absurd ini banyak tugas makalah,
proposal hingga penelitian. Heuheu, malahcurhat.
Oke
sesuai judulnya, aku bakal merangkum sedikit tentang acara, “Cinta Paling
Rumit” karya Boy Candra saat tur di Semarang.
Oh
iya, cerita sedikit, ya, aku ke sana dengan teman yang kukenal sewaktu SD,
sudah kuanggap saudara sih. Haha. Nah, sampai di lantai dua Gramedia Pandanaran
Semarang, tempat sudah ramai, bahkan kanan kiri pun sudah dipenuhi pengunjung
yang tidak kebagian tempat lesehan. Kami pun mencari tempat strategis untuk
bisa memotret Boy Candra dengan jelas dan sedekat mungkin. Namun, apalah daya,
kami berdiri di samping kiri, tetapi untuk hasil jepretan jangan diragukan, ya.
Nggak nge-blur, kok. Haha.
Apa
saja sih yang dibahas saat acara berlangsung? Boy
Candra mulai berbicara soal novel Cinta Paling Rumit. Para pengunjung
sangat antusias, terlihat dari pandangan mata serta novel Cinta Paling Rumit
dalam genggaman. Uda—sebutan lainnya untuk Boy Candra—karena berasal dari Tanah
Sumatera—juga sempat bercerita tentang jurusan sewaktu kuliah hingga sampai menjadi
penulis.
Boy
Candra mengatakan kalau ia lebih suka
menulis sesuatu yang dekat dan berada di sekelilingnya. Karena hal ini akan
memudahkan untuk menulis cerita—tidak kekurangan informasi tentang hal
terkait—yang akan ditulis.
“Jangan
berniat untuk terkenal.” kata Uda ketika ditanya tentang niat dan tujuan awal
menulis. Tidak hanya itu saja, Boy Candra juga memberikan saran untuk selalu
menulis setiap hari, lalu memanfaatkan media sosial dengan produktif menulis.
“Oh iya, aku juga sering posting tulisan-tulisan di media sosial karena ingin
menjadi bagian dari pembaca.”
Kenapa
harus menulis buku? Boy Candra berpendapat bahwa dengan
menulis buku bisa diwariskan ke generasi selanjutnya.
Lalu
kalau kita mengalami blockwrites hingga males nulis, apa yang harus dilakukan?
Saat menjawab pertanyaan ini, Boy Candra menyarankan lagi untuk tetap menulis,
walaupun timbul rasa kurang puas dengan hasil, harus tetap menulis lagi, ingat,
jangan cepat puas. Uda juga menambahkan
dengan sedikit guyonan, “jangan mudah cepat menjadi layaknya artis,
enggak enak, lho, kalau punya fans. Haha.”
Lagi-lagi
Boy Candra juga menyarankan agar memulai menulis dengan gayamu sendiri, tidak
mengikuti gaya orang, boleh terinspirasi, tapi jangan lupakan gaya menulismu,
karena itu cirri khas setiap penulis.
Selain
itu, Boy Candra juga menambahkan kalau sudah mulai jenuh dengan menulis, jangan
dipaksakan untuk melanjutkan tulisan. Bisa refreshing seperti melakukan hal
lain, Boy Candra pun biasanya melakukan kegiatan menangkap ikan hingga kepiting.
Bahkan Uda sering sekali menangkap kepiting dan ikan menjadi awal ide untuk
menulis.
Oh
iya, gaes, ada pesan nih, dari Boy Candra teruntukmu yang suka nulis pesan
dengan bahasa 4L4y, “Kalau nulis jangan disingkat-singkat. Sesuailah dengan
PEUBI dan KBBI. Karena memulai menulis dengan baik dan benar akan membawamu
pada terbiasa. Nggak lucu, kalau penulis bahasanya masih alay.”
Kenapa
tulisan Boy Candra sangat disukai? Karena masuk akal dan
ingat, tulislah yang kamu kuasai, jujur, dan lihat target pembaca.
Nah,
sangat sedikit bukan rangkuman dari acara tur Cinta Paling Rumitnya Boy
Candra. Semoga rangkuman yang teramat sedikit ini bermanfaat buatku, buatmu,
dan yang lainnya.
Sebelum
ke penutupan, aku mau berbagi sedikit tentang acara tur Cinta Paling Rumit
ini, aku berkesempatan melontarkan pertanyaan ke Boy Candra. Ternyata Boy
Candra sangat asyik untuk diajak berdiskusi. Beberapa kali, kami saling lempar
pertanyaan, hingga Boy Candra memberikan masukan padaku, “Kalau soal produktif
menulis, tetaplah menulis aapun itu. Misal mengalami kebuntuan, refreshinglah.
Aku biasanya juga cari kepiting pas malam hari untuk refreshing dan menggali
ide.” Saat Uda menjawab pun terdengar sedikit tawa dari pengunjung, dalam hati
pun aku berkata, kamvret nih, kok sama, aku juga suka cari kepiting. Wkwk. Tak
lama Mbak MCnya menimpali, “Amali, juga bisa tuh juga cari kepiting.” Karena
tak mau melewatkan kesempatan emas, kubalas saja, “Haha, Alhamdulillah Uda,
Mbak, mencari kepiting adalah bagian dari pengalaman-pengalaman masa lalu.” Tak
lama, tawa renyah kembali terdengar. Dan Mbak MC kembali berkata, “Wah suka
nulis, ya?” Dengan sangat percaya diri, kujawab, “Alhamdulillah, iya, Uda,
Mbak.” Tak lama Boy Candra pun menanggapi, “Wah bisa kolaborasi, dong, nih.”
Aku tertawa, “Ayo, Uda.” Boy Candra ikut tertawa lalu, “Kolaborasi menangkap
kepiting.” Karena tak mau kalah, kujawab saja, “Ayo, gas, asal menumbuhkan ide.
Haha.”
Oke,
paragraf di atas adalah bagian dari pengalaman pribadi. Haha. Melalui
percakapan singkat itu, bisa kuambil simpulan, menjadi penulis harus ramah,
jangan sombong, sekali somboh ya sudahlah.
Semoga
tulisan dari pengalaman yang telah lalu bermanfaat bagi kita, ya. Semoga tetap
membawamu pada semangat menulis dan mengabadi melalui tulisan. SemangArt Literasi!
Uwuwu~
Cinta
Paling Rumit oleh Boy Candra
Gramedia Pandanaran, Semarang,
6 April 2018.
Komentar
Posting Komentar