MEMBANGUN MENARA KARAKTER DARI EMBER PASIR

MEMBANGUN MENARA KARAKTER DARI EMBER PASIR
Oleh: Amaliya Khamdanah


Assalamu’alaikum! Bagaimana kabarnya, Kawan? Semoga senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin. Masih bulan Maret ya? Yaudah deh, cuma mau pastiin saja. Hehe. Sudah berapa hari gak ngeblog, ya. Ada yang kangen? *eh Postingan kali ini saya mau bahas buku nonfiksi. Lebih tepatnya buku nonfiksi perpaduan antara motivasi dan psikologi. Penasaran? Makanya baca sampai tuntas-tas!

Membangun Menara Karakter adalah judul buku nonfiksi yang akan saya bahas pada review kali ini. Jujur, kalau disuruh resensi buku saya belum bisa. *ehmalahcurhat Buku nonfiksi dalam kategori parenting adalah karya penulis muda asal Semarang. Pernah ketemu, Mal? Belum. *skip

Namanya Stella Olivia yang kalau dalam profil bukunya Membangun Menara Karakter adalah mahasiswa Psikologi. Buku ini merupakan buku kedelapannya. Dan di Maret, penulis muda ini juga sudah menerbitkan buku kembarnya! Kalau penasaran cek akun facebooknya Stella Olivia, deh. Atau langsung saja membelinya di toko buku kesayangan.

Membangun Menara Karakter diterbitkan pada tahun 2016 oleh Elex Media Komputindo dengan banyak halaman 200. Walaupun terbilang tidak tebal tapi kekuatan dalam buku ini sangat tebal. Lho kok? Maksudnya? Baca lagi deh sampai selesai.

“Tahu kan kalau masa muda itu keren karena banyak yang harus kamu olah—hatimu, inteektualmu, dan karaktermu. Yuk deh buka buku ini dan berkelana bersama anak-anak muda yang lain. ada belasan kisah inspiratif di dalam ember-ember karakter demi mencapai proyek masa depan yang hebat. Apa? Ember? Proyek? Eh? Apaan sih? Sudahlah, buka saja buku ini dan nikmati guyuran karakternya!”
“Ingat ya, kamu masih muda dan harus bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri untuk jadi berkarakter!”

Dua paragraf adalah blurb dari buku Membangun Menara Karakternya Mbak Stella. Saya ingat waktu beli buku ini, yang jelas muter-muter Gramedia dan akhirnya masih kedapatan buku cantik ini di rak buku bagian psikologi. Masih dua eksemplar, gaes!

Buku Membangun Menara Karakter terdiri dari tujuh belas bab yang super keren. Lima belas bab yang membahas mengenai ember pasir karakter. Hah ember pasir? Yups, benar ember pasir buat membangun menara, dan lainnya pun tak kalah menariknya.

Pada bab awal, dijelaskan dahulu mengenai apa itu ember pasir. Nah ternyata Mbak Stella menulis buku ini terinspirasi dari adik sepupunya, yang kala itu sedang berwisata di pantai dan membangun menara pasir. Mulai dari situlah, muncul inspirasi hebat dan kemudian jadilah buku yang super keren ini. “Oke, kalau membangun menara pasir saja butuh perjuangan, apalagi memperjuangkan masa depan? Ya kan? Kerana mulai saat itu saya jadi sungguhan percaya deh kalau sesuatu yang hebat itu tidak akan pernah lepas dari yang namanya perjuangan.” (Hal: 2)

Ketika saya membaca buku karya Mbak Stella ini, saya merasa kalau Mbak Stella sedang berbicara dihadapan saya, atau sedang duduk di samping saya dan berbicara banyak hal mengenai karakter, prestasi, keuletan dan tak mudah menyerah dan masih banyak lagi. Soalnya buku ini sangat mengalir sekali, kalimat per kalimat yang digunakan pun mudah dipahami bagi siapa pun—para remaja pasti akan sangat mudah mencernanya. Bukan hanya itu, untuk kawan-kawan yang sering mendapat curhatan ndadak dari teman sekolah, mantan teman atau mantan yang gagal move on dari kegagalan karena prestasi atau apa pun, coba deh baca buku ini. Siapa tahu bisa membantu.

Buku bercover biru tua dengan dua gambar orang—laki-laki dan perempuan—terkesan sangat remaja dan simpel. Covernya pun sudah mewakili isinya.

Pada ember pasir kesatu ada cerita dari teman Mbak Stella yang berhasil terbitin buku dan bukunya dijual di toko buku di waktu SMA! Wow, keren banget! Namanya Wina Rianto. Wina ini terbilang siswa yang tidak pandai dalam pelajaran, tidak pernah mendapat peringkat di kelas. Namanya pun sering tercatat dalam daftar remidi. Begitulah penjelasannya. Namun, namanya selalu disebut sebagai peraih nilai tertinggi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia saat bab mengarang. Karena mimpi Wina adalah menjadi penulis dan bisa menerbitkan bukunya sendiri sejak kelas lima SD. Begitulah, ia tetap menghidupi mimpinya itu. Hingga semasa SMA, Wina Rianto berhasil menerbitkan bukunya sendiri dan terjual di toko buku. Suatu yang mengagumkan, bukan?

Nah, dalam ceritanya lagi, Mbak Stella juga mengatakan kalau Wina sering mengunjungi Gramedia. Bukan untuk membeli buku atau pun membacanya, melainkan membayangkan suatu hal. Apa itu? Yups, Wina Rianto memvisualisasikan impiannya! Lho kok? Wina diam mengamati salah satu novel yang berjejer rapi di rak novel, dan membayangkan impiannya menganai buku dan namanya juga bergabung dalam rak-rak novel tersebut. Dan benar. Selama itu pun—dari SD sampai SMA—Wina Rianto terus melatih kemampuan menulisnya dan menulis berbagai cerita, tentu membagi waktu dengan belajarnya. Berulang kali dikirim ke media pun di tolak dan Wina tetap mencobanya. Hingga sampai pada impiannya dulu yang sekarang sudah terwujud.



“Jatuh? Berdiri, lari lagi! Jatuh lagi? Berdiri lagi, lari lagi! Jatuh lagi? Berdiri dan lari makin kencang!” (Hal: 33)

Seperti yang dilakukan oleh Wina Rianto. Walau pun sering gagal dan ditolak karyanya. Wina tetap mencobanya. Wina tidak mudah menyerah! Jujur saja, ketika membaca bagian per bagian buku Mbak Stella ini kok rasa-rasanya sama persis dengan yang saya alami. Entah kebetulan atau bawa perasaan.

Impian, tidak mudah menyerah dan tentunya iman yang kuat! Nah coba deh, kombinasikan ketiga elemen tersebut. Misalnya kamu hanya punya iman yang kuat tanpa adanya semangat untuk memperjuangkan atau berusaha pun hasilnya tak akan imbang. Nah ketiganya harus imbang ya, kawan! Ketika Wina memvisualisasikan impiannya di Gramedia pun juga dengan iman yang kuat. Kalau di masa mendatang bukunya aka nada juga di Gramedia.

Oke, ketiga kunci untuk membangun menara karakter yang hebat sudah diingat. Jangan lupa dipraktikkan! Ketiga ember pasir sudah dibentuk, tapi masih belum sempurna untuk bisa disebut sebagai menara pasir, kan? Nah, saya tambah petikan kalimat yang juga terdapat di bukunya Mbak Stella ini, “Orang berkualitas tidak mau menyerah pada keadaan.”
“Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Yang tahu tentang dirimu hanya kamu! Orang lain itu Cuma penonton!” (Hal: 64)

Masih penasaran dengan bukunya, kawan? Masih dong! Ketika khatam membaca buku ini, saya mendapat cambuk yang luar biasa. Pertama kisah dari Wina yang terbilang tidak pandai dan tetap menghidupi impiannya. Lalu pada ember ketujuh yang membahas mengenai Memberi Itu Awal Menerima! Jadi Kenapa Takut Miskin? Nah, untuk orang-orang yang males bersedekah atau berbagi ilmu pun—termasuk saya—akan mendapat tamparan melalui buku ini.

Dan masih banyak lagi dan tentunya menarik. Beneran, kelima belas ember pasir dalam buku Membangun Menara Karakter sangat-sangat hebat. Dan semuanya perlu ditanamkan sejak dini. Oh iya, contoh-contoh dan cerita dalam buku ini, Mbak Stella sajikan dengan ringan, tentu dengan pengalaman-pengalaman yang tidak jauh dari lingkungan remaja—orang dewasa dan anak-anak pun akan paham dengan mudah—dan kesehariannya.

Penasaran? Bisa di cek langsung di toko kesayanganmu. Siapa tahu pas ke toko buku menemukan buku cantik ini dan bergegas membelinya. Hm. Terima kasih untuk Mbak Stella yang sudah menuliskan ember-ember karakter ini. Bermanfaat banget, deh. Beberapa sudah saya praktikkan dan sedikit demi sedikit tumbuh dan menjadi kebiasaan baik.


Sampai di sini dulu review mengenai bacaan bulan Maret ini. Dan apa buku atau novel bacaanmu bulan ini? Semoga bermanfaat dan membawa hal-hal baik pada dirimu.  Terima kasih sudah menyempatkan membaca review yang teramat sederhana ini. Dan saya izin mengutip kalimat ini Mbak Stella, “Selamat jadi pemeran utama dalam kehidupanmu sendiri! Selamat memilih penonton-penonton dalam hidupmu! Yang terakhir, selamat berlari menggapai impianmu!” (Hal: 139)

Komentar