BANGUNAN SERIBU PINTU DI SEMARANG

BANGUAN SERIBU PINTU DI SEMARANG
Oleh: Amaliya Khamdanah

Assalamu’alaikum! Sehari langsung posting tiga ulasan. Haha, kuota mau habis soalnya, jadi kebut sehari. Dan kemungkinan lainnya banyak tugas yang mengasyikan hingga membuat saya lupa sementara pada bog absurd ini dan jarang posting~ jangan kangen yaaa, haha. *kamvretbangetyangnulis

Sebenarnya postingan ini adalah ulasan mengenai salah satu wisata di Kota Semarang. Dan niatnya mau saya ikutkan lomba disalah satu website fenomenal. Tapi ya begitulah, kurang sehari sudah mencapai deadline, pesimis duluan tepatnya. Daripada hasil jepretan teman baik saya mubadzir di flashdisk, mending saya ulas saja di blog absurd ini. Perhatian, beberapa tulisan juga sempat copas dari Wikipedia dan fotonya asli dari teman baik saya. Simak ya!

Hah, Bangunan Seribu Pintu di Semarang, apaan sih? Yups, namanya Lawang Sewu. Bangunan tua yang terletak di Jalan Pemuda. Dan saya pastikan ketika teman-teman yang belum pernah menginjakkan kaki di Kota Semarang pasti akan terkesima dengan banyak bangunan kunonya. Jujur, saya warga Demak, tapi saban hari selalu pergi ke Semarang dan melewati banyak gedung tua di Kota Semarang, sungguh saya terkesima dan takjub. Bagaimana tidak, di sepanjang Jalan kenangan Letjen Soeprapto dan Pemuda, saya disuguhi banyak sekali bangunan kuno khas Belanda.

Postingan kali ini saya mau bahas Lawang Sewunya saja, yang Kawasan Kota Lama kapan-kapan saja, kalau gak males ngetiknya. Hehe. Teman baik saya yang ngajakin. Kunjungan ke Lawang Sewu adalah untuk yang kedua kalinya. Pertama kali bareng Mbak, Mas dan Saudara. Kalau lewat sih setiap hari. Hehe.

Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia berarti seribu pintu. Walau pada kenyataannya bangunan peninggalan Belanda ini tidak mencapai seribu pintu. Terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Di depan bangunan yang dulunya merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS ada bundaran Tugu Muda. Tugu Muda yang dibangun guna menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur pada Pertempuran Lima Hari di Semarang. Saran saja nih, kalau ke Semarang atau lagi jalan-jalan ke Pemuda jangan lupa foto diantara Tugu Muda dan Lawang Sewu, kelihatan gagah banget bangunannya. (Maaf penulis belum pernah foto diantara kedua bangunan tersebut)


Nah, foto di atas adalah hasil jepretan teman baik saya, katanya sedikit dipoles. Hasilnya tak kalah dengan jepretan pakai kamera SRL kan. Lawang Sewu terlihat dari samping. Lawang Sewu sangat khas sekali dengan bangunan Belanda. Dengan memiliki banyak pintu dan jendela yang tinggi dan lebar.


Salah satu hasil jepretan teman baik saya. Jangan tanya nama mbak-mbak yang ada dalam foto ini, sungguh saya dan teman saya tidak tahu-menahu soal hal tersebut. Oh iya, candidnya bagus loh, Mbak! Memasuki area Lawang Sewu, pengunjung harus membayar tiket untuk pelajar Rp. 5000 dan untuk umum Rp. 10.000. Kalau mau gratisan, jadilah penghuni abstraknya dulu. Hehe.

Setelah mendapat tiket masuk, nanti bakal ada tempat pengecekan tiketnya. Setelah dicek, sebagian tiket akan dikembalikan lagi ke pengunjung, katanya buat kenang-kenangan. Nah, foto di atas  akan ditemui setelah memasuki area halaman utama. Di halaman utama pengunjung akan menemukan pohon besar, saya gak tahu nama pohonnya, soalnya belum kenalan, *eh. Pertama kali saya menginjakkan kaki di Lawang Sewu, sungguh rasa kagum dan takjub saya menggebu. Orang dulu hebat banget, ya! Terpesona pada bangunan kuno ini.


Foto di atas adalah salah satu ruangan di lantai satu. Lihat deh, semuanya itu adalah pintu. Ruangannya cukup luas. Kebanyakan orang yang sudah mengunjungi wisata Lawang Sewu sih pasti menyempatkan diri untuk berfoto di salah satu ruangan di lantai satu. Keren ya!  Kalau mau berpuitis atau motivasi ria pun bisa setelah melihat foto ini. Saya mau coba ah.

Kamu jangan lagi terpuruk, jangan lagi menangis dalam. Sungguh, janganlah menyiksa dirimu sendiri. Lihatlah kedepan. Nun jauh di sana, kebahagiaan abadi telah menunggumu. Lihatlah pintu-pintu itu, secercah cahaya kebahagiaan tengah memancar kearahmu. Sungguh, jangan lagi habiskan waktumu untuk berteduh di bawah rinainya air matamu.

Asek! Gombal, Mal? Wkwk.


Kalau foto di atas adalah miniatur Lawang Sewu, juga terdapat di ruangan tersebut. Unyu banget deh! Teman baik saya juga pinter ambil fotonya. Kelihatan dari samping dan beberapa kendaraan bermotor melaju.


Kalau foto di atas adalah deretan pintu di lantai dua. Kayaknya lantai tiga juga ada, hanya saja saya gak naik. Ruang bawah tanah pun ada dan saya juga nggak turun. Hehe. Deretan pintu di lantai dua pun menjadi favorit buat yang hobi foto dan selfie loh! Kalau kesini pas jam kerja sih sepi, tapi jangan kaget kalau mengunjungi Lawang Sewu pas hari libur. Dijamin, lantai dua dan deretan lawang ini pun ramai!


Jangan tanya itu siapa! Nah, di bangunan lainnya terdapat ruangan yang isinya adalah peninggalan-peninggalan pas zaman Belanda dulu, tentu yang berhubungan dengan sepur alias kereta. Oh iya sampai lupa, kalau setelah kemerdekaan Lawang Sewu digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKRI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Jadi tidak salah kalau di dalam ruangan ini banyak juga miniatur sepurnya.


Galeri foto tempo dulu. Setiap foto di bawahnya ada keterangan. Ketika saya dan teman saya di sini, saya bertemu dengan pasangan tua: kakek dan nenek. Sedikit cerita nih, kakek tersebut langsung melangkah, dan mendekati galeri foto ini, lalu membaca dan mengamati serta memahami semua kejadian melalui foto tersebut. Padahal kakek tersebut mengenakan kacamata. Mungkin faktor penglihatan kali, ya. Sungguh, dalam hati saya kagum sekali pada kakek ini, walaupun sudah tak muda lagi, tapi semangatnya untuk mengetahui cerita dibalik gambar tersebut sangat jelas terlihat. Duh Gusti, saya malu! Saya sebagai generasi muda yang belum tahu apa-apa soal sejarah negeri.

Sudah puas bacanya? Kalau belum bergegaslah mengunjungi Semarang. Ada banyak bangunan lamanya loh! Oh iya, kapan-kapan juga saya mau bahas tentang Tanah Kelahiran—Demak Kota Wali. Dan Kota Lama, mungkin area Taman Srigunting dan Gereja Blenduknya. Tunggu ya! Masjid Agung Jawa Tengah kayaknya sudah saya bahas deh. Mungkin Sam Poo Khong kali, ya? Oke, kapan-kapan juga ya. *Plak, penulis banyak janji *eh.

Oh iya, ada yang saran nih, kalau mau menikmati nuansa horor di Lawang Sewu disarankan untuk mengunjunginya malam hari, sambil semedi gitu, nekgak ya sambil melamun. Semoga teman-teman terhibur membacanya dan bermanfaat, semoga nuansa horornya ngena! Salam hangat dari salah satu Anak Nusantara!

Komentar