[REVIEW BUKU]--SATU CERITA TENTANG CINTA: AKU
SATU CERITA TENTANG CINTA: AKU
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Yey, akhirnya bisa khatamin novel
dalam bus! Pekik saya kegirangan. Setelahnya saya tutup novel
romance tersebut dengan suka cita. Bukan perkara isinya sama dengan hal yang
dialami pemilik blog absurd ini,
hanya saja endingnya sangat memuaskan. Gak
nggantung, Bro, Sist! Kebayang kan kalau baca novel romance dan endingnya
itu digantung kayak jemuran? Nyesek kan, hayo ngaku!
Nah
pada akhir Maret saya kembali mau review
sebuah novel romance. Oh iya sampai lupa belum salam. Assalamu’alaikum, semua!
Semoga selalu dalam lindungan-Nya di mana pun dan kapan pun. Aamiin.
Sebenarnya
novel romance yang satu ini sudah lama terbit. 2015 lalu, novel romance dengan
judul, Satu Cerita Tentang Cinta
karya Ari Keling terbit dan mejeng cantik di seluruh toko buku Indonesia yang
diterbitkan oleh Mediakita. Novelku
kapan? *skip
Saya
sudah lama ngincer novelnya Kak Ari, kayaknya pas kelas sebelas MAN. Tapi
karena asing banget sama yang namanya beli online atau kunjungan ke toko buku,
niat baik untuk membeli novel tersebut saya urungkan. Lama sekali, hingga
akhirnya pada 28 Februari 2017 lalu, saya menemukannya mejeng cantik di rak
buku ADA Majapahit Semarang! *koksponsorya*skip
Histeris
banget pas lihat novel romance ini ada di rak buku. Mbak saya pun sedikit
kebingungan, Adik kenapa? Ada setan mana
yang mau merasuki tubuhnya? Oh buku. Setelah meminta persetujuan dari Mbak,
saya pun membawanya ke meja kasir. Oh
sungguh, saya senang sekali!
“Aku sebuah boneka. Aku mendapati
diriku terperangkap pada satu kata, cinta. Salahkah jika aku mencintai seorang
gadis manis bernama Irma?
“Aku bernapas di dekat Irma, tetapi
dia tidak tahu kalau aku juga menghela udara yang sama di kamar ini. Aku bisa
merasakan detak jantungnya yang menyenandungkan irama cinta, tetapi dia tidak
menyadari kalau jantungku pun berdetak seirama dengan jantungnya. Dia tidak
sadar kalau selama ini detak jantung kami saling bersatu memainkan irama lagu
tentang cinta. Cinta kami yang sama-sama terpasung. Cinta yang aku juga
seutuhnya untuk Irma, tetapi Ira semakin menyuburkan cintanya untuk Rian.
“Menyakitkan!
“Lantas, bagaimana aku bisa membuat
Irma tahu ada cinta di hatiku, sementara dia tak bisa mendengar suaraku? Apa
yang harus aku lakukan agar Irma mengerti rasa ini, sedangkan seluruh manusia
menganggapku sebuah benda mati?”
Sungguh,
perkara blurb ini saya langsung jatuh hati dan ingin segera membelinya (baca:
tahun 2015) di tahun selanjutnya Januari 2016, saya berkunjung ke Gramedia,
tapi tak menemukan novel bercover Teddy
Bear ini. Berarti gak jatah memiliki
novelnya, dong. Begitulah pikir saya. Toh novel romance yang tak kalah
bapernya juga banyak.
Menurut
saya, Kak Ari berhasil menyajikan sebuah novel yang beda dari yang lain. Baca
saja pada kata ketiga dari blurb di atas. Boneka, bukan? Nah, dalam novel pun
pengertian-pengertian sederhana dari berbagai kata—yang mengarah pada
keromantisan—pun dijelaskan dengan apik. Menurut saya lagi sih, Kak Ari
berhasil menuntun pembaca untuk memahami sebuah makna kata, yang biasanya
dianggap rumit dan dirubah menjadi sederhana.
Semisal
pada tokoh utama dalam Satu Cerita
Tentang Cinta, yang diketahui nama tokohnya adalah Lele. Jangan bayangin
ikan lele ya! Ini Teddy Bear, loh!
“Hai, Le!” seru Dodo. “Kamu kenapa,
kok sepertinya sedang memikirkan sesuatu?” tanyanya.
“Mmm… aku tidak mengerti dengan
perasaan yang ada di hatiku sejak Lolo dan Lulu tak ada lagi di sini, Do,”
jawabku polos.
“Oh… seperti apa perasaanmu itu?”
tanya Dodo lagi.
“Setelah perpisahan itu aku jadi
sering mengenang Lolo dan Lulu,” jawabku. “Saat ini aku jadi ingin bertemu
dengan mereka,” lanjutku, lalu tersenyum tipis.
“Oh… itu yang kamu rasakan?”
tanyanya sedikit memastikan.
“Iya, perasaan itu… apa nama
perasaan itu? ‘Ingin Bertemu’ ya?”
“Bukan, Le. Perasaan itu bernama ‘Rindu’,”
jawab Dodo dengan wajah yang meyakinkan.
“Rindu?”
“Ya, itu namanya ‘Rindu’, Le.” Jawab
Dodo lagi dengan tegas. (Hal: 21)
Satu Cinta Tentang Cinta,
terdiri dari sebelas bab, dengan jumlah halaman 204. Bisa dibaca dengan kurun
waktu yang pendek loh, tapi berhubung saya bacanya waktu di bus, jadi lama.
Haha. Tahu nggak, kalau dalam novel ini juga ada original soundtracknya loh! Judulnya Disini. Juga bisa di download
di soundcloudnya Kak Ari atau cek facebooknya Ari Keling. Saya belum
download tapi otewe, nih. Wkk.
Lirik
lagunya pun berasa banget di lidah, eh maksudnya berasa di hati. Peringatan
saja buat para beper-ers sejati saya
saranin jangan download lagunya atau baca lirik lagunya, dijamin gakpapa,
mungkin hanya berdampak pada peningkatan kebaperan pada diri. Haha.
Boneka
Teddy Bear yang lahir dari seorang
wanita tua yang bekerja di pabrik rumahan. Boneka dari pabrik rumahan tersebut
di jual di berbagai toko boneka atau aksesoris, dan salah satunya Toko Kado
milik Bu Titie. Perjalanan teramat melelahkan bagi tokoh utama dalam novel baru
saja dimulai.
Empat
bab menceritakan kehidupan di dalam toko Bu Titie. Para boneka yang ada dalam toko
kado juga bisa berbicara satu sama lain. dalam novel juga diceritakan kalau ada
pembeli yang datang para boneka saling berteriak, saling mempromosikan diri
boneka tersebut. Tapi hal tersebut tidak berlaku untuk Lala, Lili, Lulu, Lolo,
Lele dan Dodo. Kalau Dodo adalah penghuni lama di toko kado Bu Titie, mungkin
karena harganya yang sangat mahal. Namun, kelima boneka Teddy Bear malah
belajar banyak dari Dodo—Doraemon—terutama Lele.
Hingga
di bab kesekian Lele jatuh cinta pada seorang manusia yang bernama Irma. Perkara
pancaran mata dari Irma yang sangat memikat itulah Lele mengingatnya. Lele
berganti nama menjadi Kari, berpindah tangan dari Irma lalu Citra dan Ulya.
Nah,
pas Kari di tangan Ulya, ia juga banyak belajar. Ulya lebih senang membaca dan
mendengarkan ‘Mesin Berkata’ dan tentu kehidupan Ulya lebih sangat sederhana
ketimbang Irma dan Citra. Kari masih membayangkan Irma, tapi apa mungkin Irma
mengingatnya. Hingga Kari berpindah tangan lagi pada seorang laki-laki bernama
Arling. Dan kau tahu kelanjutannya?
Hak,
selamat melanjutkan sendiri bagiannya! Dijamin ketika kau membaca novel ini
akan senyum-senyum sendiri, apalagi pas menuju ending. Hah. Sungguh, saya
sempat jengkel sewaktu Kari berpindah tangan lagi. Kok hidup dia muter terus sih? Kasihan Kari tahu. Ya, begitulah
pekik saya dalam hati. Dan akhirnya, semuanya terbalas ketika di penhujung
halaman.
Nah,
bener banget kalau hidup itu berputar, gaes! Gak selamanya kita bertahan pada
titik itu terus. Ada kalanya beranjak dan menikmati level kehidupan
selanjutnya. Ya, seperti Kari—boneka Teddy Bear—dalam novel romance ini.
Sudah
puas dengan review novel kali ini? Kalau belum puas dan mau baca novelnya
silakan pinjam ke saya atau gak cari ke gramedia atau toko buku lainnya. Siapa tahu
beruntung kayak kisah saya. Haha. Tenang, April 2017 saya akan review buku lagi tepatnya kumpulan kisah
bergenre komedi. Karena pikir saya setelah berbaper ria dengan novel Satu Cerita Tentang Cintanya dari Kak
Ari, saatnya kembali menertawai diri yang kadang melucu bahkan lucu pada rahmat
yang telah diberikan Tuhan. Penasaran? Tetap stalk blog absurd ini,
gaes!
Selamat
menikmati kisah-kisah lain dalam blog absurd
ini, gaes! Salam hangat dari salah satu anak Nusantara!
Komentar
Posting Komentar