Postingan

[REVIEW BUKU]--DARI KUMPULAN CERPEN SASTRA BELAJAR KEHIDUPAN

Gambar
KUMPULAN CERPEN SASTRA; MOTOR MATIK MILIK BAPAK Oleh: Amaliya Khamdanah Selamat datang Oktober! Assalamu’alaikum! Saya kembali lagi dengan membawa review buku lagi. Heuheu, tenang di postingan selanjutnya saya bakal posting cerpen lagi kok. *apaini Buku apa sih yang bakal saya review lagi di blog absurd ini? Yups, tentu masih buku kategori fiksi ya. Lebih tepatnya lagi buku kumpulan cerpen hasil sayembara nulis cerpen umum dan sastra yang diselenggarakan Anak Hebat Indonesia pada Maret lalu. Tepatnya lagi, di dalam buku ini juga ada satu cerpen berjudul; Balon Udara Dari Rumahku karya Amaliya Khamdanah. Emang kenal sama dia? Enggak kan. *abaikan Sayembara nulis cerpen ini bekerjasama dengan akun instagram @setjangkirkopi dan BBY (Balai Bahasa Yogyakarta). Bisa kebayang kan bagaimana deg-deg-annya pas nulis cerpen dan dijuriin? Oke, ini terlalu berlebihan. Dengan tebal buku 124 halaman ini ditulis oleh sepuluh penulis; Rahmanto, Ajeng Maharani Puspitarini, Yulfi

[ESAI] IDOLA DARI TANAH JAWA

IDOLA DARI TANAH JAWA Oleh: Amaliya Khamdanah Mengidolakan idola di zaman modern sudah menjadi hal yang biasa bagi remaja, terlebih ketika gadget sudah menguasai kehidupan para remajanya. Lihat saja dilingkungan tempat tinggal, satu orang satu gadget sudah menjadi kewajiban bahkan lebih dari itu juga banyak. Tak salah lagi jika remaja di Indonesia juga mengikuti trend luar negeri, misalnya memiliki banyak akun di jejaring internet, selfie—yang kini menjadi keseharian remaja—di Indonesia, cara berpakaian, cara berbicara, bahkan perilakunya pun mengikuti trend . Alih-alih dengan alasan mengikuti perkembangan zaman agar tidak menjadi golongan manusia yang gaptek , kuper atau apalah namanya. Misalnya yang dilakukan para remaja di Indonesia yang kebanyakan mengikuti cara berpakaian dan tingkah laku sang idola. Rambut diwarnai dengan warna pelangi, celana robek, bahan pakaian kurang dan masih banyak lagi, yang dianggap adalah suatu kewajaran dan kemodernisasian. Parahnya lagi

[REVIEW BUKU]--CINTA YANG (TAK) TERUCAP

Gambar
CINTA YANG (TAK) TERUCAP Oleh: Amaliya Khamdanah Dari tujuh belas ribu orang, jika kami dapat bertemu kembali, dia adalah jodohku. Permohonan yang klise sebenarnya, tapi mungkin Tuhan sedang memberiku kesempatan atau hanya sekadar membuatku senang atau apa, ha itu benar-benar terjadi, kami bertemu kembali. Di antara tujuh belas ribu orang yang ada, kami bertemu beberapa kali. Aku tidak dapat menyembunyikan kegembiraanku meskipun tentu saja aku hanya dapat melihatnya tanpa bisa menyapanya. Ya Tuhan, pasti mulutku ini sangat keras kepala atau aku lupa bagaimana caranya berbicara saat dia ada dihadapanku. (Hanabi Merah Jambu, Rena Widyaningrum) Puk-puk, jangan baper! Saya juga baper loh, *eh. Gakpapa sih, kalau mau baper-baper, toh gaka ada larangan buat gak baper kan? Cinta Yang Tak Terucap adalah buku terbaru saya, eh bukan, maksudku buku terbaru yang di dalamnya terdapat cerpen karangan saya. Kamu nggak penasaran sama cerpenku yang ada dibuku ini? Plak!  Nah, dala