[SAAT KITA CERITA NANTI] SEMUA ORANG INGIN DIDENGAR


Aku cukup terkejut ketika ucapanmu begitu, kalau saat ini hanya bisa mendengar dengarkan saja, tapi, dengarkan saksama, ya. Merasa kurang puas, aku timpali lagi dengan pertanyaan, bagaimana bisa hanya dengan mendengarkan, kan, biasanya orang-orang perlu nasihat. Kamu tertawa lepas.

Beruntung langit cerah, aku tidak jadi memukul lenganmu. Kan, kamu ingat, ada yang hanya ingin didengar tanpa komentar, atau nasihat. Aku mengangguk. Lupa-lupa ingat, beberapa orang yang kutemui mengatakan hal yang sama dengan perkataanmu. Lagi-lagi aku mengangguk dan pandanganku jatuh pada langit biru dan burung-burung yang beterbangan.

Semua orang ingin sekali didengar, kan? Dari ceritanya, masa lalu, perencanaan masa depan, atau apapun itu. Tetapi, tak banyak dari mereka yang mendengarkan. Sekadar mendengarkan, iya. Tetapi, jika lebih dari mendengarkan? Kamu tertawa lepas lagi. Aku bisa menduga, tawa lepasmu adalah bagian dari kekecewaanmu. Iya, kan? Sok tahu! Kan, kamu bukan detektif terkenal dari Baker Street itu. Haha.

Aku belum bisa mendengarkan dengan baik. Ungkapku padamu. Tak apa, perlahan-lahan. Kamu bisa mencobanya. Tidak harus sekaligus bisa. Ketika orang lain berbicara padamu, jangan lupa untuk fokus, walaupun dibeberapa waktu fokus itu bergeser. Kamu bisa menyadarinya lagi. Kembali mendengarkan dan merespon. Jangan lupa, untuk sesekali mengangguk, melihat mata, dan sedikit berkata, ah, oh iya, lalu, lanjutkan ceritamu, aku masih menyimak, atau perkataan respon lainnya. Bagaimana jika aku merasa lelah saat mendengarkan? Kamu cukup mengatakannya. Kita ambil jeda dulu, ya.

Komentar