[REVIEW BUKU]--CINTA; FATAMORGANA ATAU NYATA

CINTA; FATAMORGANA ATAU NYATA
Oleh: Amaliya Khamdanah


Bagimu, cinta itu apa? Seperti apa wujudnya? Apakah dapat didefinisikan? Atau kau pernah menyentuhnya, memegang erat, bahkan sempat kesakitan karena memegang erat cinta hingga memilih melepaskan? Ah, sungguh, seperti apa cinta itu?

Fatamorgana Nyata adalah buku dari pria kelahiran ’95, di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Walaupun Fatamorgana Nyata adalah buku perdananya, ia juga sudah aktif menulis di tumbrl sejak lama. Bisa di cek, loh, di sini. Nah, sudah tahu siapa penulis buku yang saya maksud? Belum lah, kan belum menyebutkan nama. *eh

Baso Sumange Alam, tercatat sebagai mahasiswa Unissula (Universitas Islam Sultan Agung) Semarang. *seringlewatkampusini *apaansih. Begitu yang tertera dalam profil singkat dalam buku 200 halaman. Buku yang baru terbit Januari 2017 oleh Bukune.

Yups, setelah lama vakum nulis di blog absurd ini. Saya bakal kembali lagi dengan membawa banyak review buku, termasuk bahas buku ini; Fatamorgana Nyata.

Coba tebak deh, apa isi dari buku ini? Kebanyakan teman-temanku yang membaca sekilas judul buku ini pasti langsung mengerutkan dahi—berpikir—apa sih isi buku ini? Yups! Baik, simak selengkapnya!

Cinta memang sulit dipahami. Kita tidak bisa tahu, kapan awalnya mengenal cinta, dan kapan cinta mengenal kita. Meski begitu, cinta dapat mengubah kita menjadi orang hebat yang mampu melompat jauh dari atas gunung satu ke puncak yang lain, sekaligus menenggelamkan kita ke dasar lautan tergelap. Impian semua insan adalah mengakhirinya dengan bahagia. Namun, tak ada yang memastikannya karena jalan akhir cinta tampaknya selalu jadi rahasia. Cinta adalah Fatamorgana Nyata, kita akan temukan banyak pertanyaan di dalamnya. Benarkah cinta membawa bahagia atau justru sebaliknya?

Nah, kalimat di atas adalah blurb dari bukunya Kak Baso. Oh iya, Kak Baso ini juga sering menyingkat namanya jadi BSA.

Cinta itu memilih. Memilih untuk mengungkapkan, untuk mendengar jawaban, untuk diam, atau untuk menyimpannya diam-diam. (BSA; hal: vii)

Pada bab awal, kita (pembaca) akan di bawa sebentar pada masa yang telah lampau. Tapi tenang, kita akan dibawa pada masa yang menyenangkan. Pengalaman penulis pada masanya yang masih polos. Hmm, mungkin kamu juga pernah merasakannya. Berkirim surat melalui teman untuk menyampaikan surat tersebut pada seseorang yang dikagumi. Sangat klasik dan sederhana, bukan? Kuyakin, ketika kamu membaca buku ini, akan larut pada masa di mana kamu pernah jatuh hati, ah bukan, tepatnya mengagumi seseorang secara polos—penuh rasa malu dan lucu.

Saya ingat ketika seorang teman bertanya padaku. “Mbak, suka, kagum, sama cinta itu bedanya apa?” Saya langsung diam. Pikirku suka dan kagum memiliki kemiripan; sama-sama cenderung memilih diam sebagai jawaban tanpa mengungkapkan atau rasa dasar pada cinta.

Lalu, apa perbedaan perasaan suka dengan perasaan cinta? Mungkin sama. Hanya saja cinta—bagiku—adalah bentuk dewasa dari perasaan suka. Seperti kupu-kupu yang mrupakan bentuk dewasa dari kepompong. (Fatamorgana Nyata; hal: 13)

Kak Baso menyajikan buku ini sangatlah unik dan menarik. Pas banget sama aliran nulis yang saya tekuni. *eh. Walaupun banyak pembahasan mengenai masa lalu beserta kenangannya, Kak Baso berhasil meraciknya dengan tenang, damai, dan menyenangkan. Tak terlalu mendayu-dayu dan tak menyeret pada kesedihan. Asik banget dibaca siapa saja. Apalagi yang lagi gagal move-on! Haha! *parahbangetreviewnya
Perihal janji yang sering diumbar-umbar oleh pasangan—pacaran—tentang masa depan yang akan selalu bersama. Nah, juga dibahas dalam buku ini. Tokoh dalam buku ini juga sangat memegang teguh sebuah janji. Kenapa?

Belakangan ini kutemui sebuah teori bahwa ketika kau berjanji dengan seseorang, maka penuhilah. Namun, bagaimana ketika ia tak membutuhkan sesuatu yang telah kau janjikan? Maka lepaslah janjimu. Jika salah satunya sudah melepaskan, maka perjanjian pun telah luruh di bawa waktu. (Fatamorgana Cinta; hal: 20)

Dan selanjutnya adalah tetap merapalkan doa-doa untuknya.

Ada dua orang yang saling mencinta. Tapi mereka berpisah karena menyampaikan sayang dengan bahasa yang berbeda. Ada dua orang saling mencinta. Tapi tak bisa bersama karena sayang mereka tak sempat disampaikan lewat bahasa. (Fatamorgana Cinta; hal: 98)

Jleb banget ya? Sudah-sudah jangan baper. Yuk-lah, bangkit! Coba deh, belajar untuk bangkit melalui pengalaman masa lalu. Biasanya manjur. Hihi.

Duh, ketika membaca buku ini, saya sempat berpikir, “kok tajam banget ya ingatan si penulis menganai pengalaman masa lalunya, bahkan yang pahit sekali pun.” Dan taraaaa, Kak Baso mengambil kopi sebagai bahan pembelajaran. “Aku hanya suka kopi ketika sedih, agar aku selalu ingat bahwa sepahit apa pun luka, pasti ada cara menikmatinya.” (Fatamorgana Nyata; hal: 138)

Fatamorgana Nyata pun diajikan sangat runtut. Bagaimana tidak runtut, kita diajak mengenal Awal Mula itu muncul hingga berakhir pada sebuah kisah berjudul, Saat Tua Nanti. Dari tokoh seorang anak SD dengan rambut hitam pekat hingga sudah tokoh kakek dengan rambut yang memutih.

Dan disetiap akhir bab, Kak Baso selalu menyampaikan salam untuk orang-orang yang sempat membuat hatimu tersentuh. Ini langka, loh! Diakhir halaman, ada sebuah kalimat yang akan membuatmu berpikir—lama—bisa jadi. “Bagaimana dengan cintamu, fatamorgana atau nyata?”

Nah, bagaimana teman-teman, sudah penasaran kan dengan bukunya? Sudah, sana kunjungi toko buku, atau cek website Bukune. Hmm, saya jamin kamu gak menyesal telah membeli bahkan membaca buku ini. Karena sudah lama gak nge-blog dan ngereview jadi harap maklum pada penulisan yang amburadul. Hihi.

Salam hangatku padamu yang senantiasa stalking blog absurdku!

Komentar

  1. Bagus reviewnya.. lanjutkan ya.. oh iya salken ya @ekarizkifaureza

    BalasHapus
  2. Terima kasih kak sudah membaca reviewnya. Salam kenal juga kak Eka.

    BalasHapus

Posting Komentar