GUS MUL: MENULIS, MENULIS, DAN MENULIS

GUS MUL: MENULIS, MENULIS, DAN MENULIS
Oleh: Amaliya Khamdanah


Assalamu’alaikum. Apa kabar? Semoga selalu sehat dan dalam lindungan-Nya. Aamiin. Kali ini saya akan mereview sedikit mengenai acara Comfest 2018 yang diadakan Oktober lalu secara benruntun. Tapi, nggak semuanya sih yang akan saya bahas di blog-absurd ini, hanya pas bagian workshopnya Gus Mul.

Pasti sudah tahu, kan, siapa Gus Mul itu? Yups, Gus Mul atau pemilik nama Agus Mulyadi adalah Pimpinan Redaksi Mojok.co. Nah, sebelum acara Comfest 2018 ini, Gus Mul sering banget diundang sebagai narasumber di acara-acara workshop sampai seminar.

Pada 23 Oktober lalu, Agus Mulyadi ke UIN Walisongo Semarang. Dari yang saya sebutkan tadi di paragraf sebelumnya, saya belum pernah ikutan acara Gus Mul. Nah, pas menempati jam kuliah kosong dan acara bertempat di UIN Walisongo, saya baru bisa ikutan. Heuheu. Sebenarnya narasumber di hari tersebut ada dua penulis, Gus Mul dan Dwitasari. Namun, saat sesi Dwitasari menyampaikan proses kreatifnya dalam dunia kepenulisan, saya keburu pulang terlebih dahulu. Hehe. Nggakpapa, lah, besok-besok pasti ketemu lagi. Hiyaaa~

Gus Mul memulai materi kepenulisannya dengan layar bertuliskan, “Agus Mulyadi; Sebuah Presentasi yang Tak Perlu” tentu hal ini memicu tawa para peserta. Termasuk saya yang terbengong, sedangkan teman saya Diyah—anak LPM—tertawa. Sebentar, di tahan dulu tawanya, di slide-slide selanjutnya pun para audience akan di bawa masuk dalam dunia Gus Mul di masa lalu dan tertawa.

(23/10/18) Gus Mul dalam Comfest 2018

Ruangan semakin riuh tawa, Gus Mul memilih menyampaikan materi dengan berdiri. Seketika hening dan tanpa aba-aba selanjutnya, ruangan kembali riuh dengan tawa. Bagaimana tidak, di layar depan menampilkan Gus Mul berdiri bersebelahan dengan salah satu member JKT48, Gus Mul dengan pemain sepak bola, sampai Gus Mul foto dengan Jokowi. Benar, semua foto-foto tersebut adalah hasil editan karya Agus Mulyadi.

Gus Mul juga bercerita bahwa dulunya beliau seorang ahli di bidang IT, atau istilah inggrisnya penjaga warnet. Karena menjadi seorang penjaga warnet lebih banyak selownya, Gus Mul memilih memanfaatkan waktunya tersebut dengan edit foto dan menulis di blog. Gus Mul bercerita, bahwa ia termasuk rajin menulis pengalaman serta cerita di personal-blognya. Nah, sampai di tahun berapa gitu, saya lupa, hehe, ada penerbit yang tertarik dengan tulisan-tulisan Agus Mulyadi yang tertulis di blog dan sampai akhirnya terbit menjadi buku dan beredar di toko buku.

(23/10/18) Buku-buku karya Gus Mul

Beberapa bukunya antara lain; Jomblo tapi Hafal Pancasila, Bergumul dengan Gus Mul, Diplomat Kenangan, dan yang terbaru adalah Lambe Akrobat. Oh iya, sekadar info, saya menang giveawaynya di @bukumojok, lho, menangin buku Lambe Akrobat. Hahaa. Pamer, pamer!

Materi semakin seru. Di slide-dlide selanjutnya, Gus Mul banyak memperlihatkan hasil jepretannya di jalan atau tempat-tempat yang dilaluinya. “Kalau ada yang bagus saya foto. Iya, ini bagian dari ide menulis itu. Nggak disangka banget, kan?” ucap Gus Mul, “Misalnya ini, dari bokong truk sebuah inspirasi menulis bisa muncul.” Lanjut Gus Mul lalu dibarengi tawa.


Bagi Gus Mul, untuk memulai sebuah tulisan sekaligus menjadi tips menulis adalah memulainya dengan menulis, menulis, dan menulis. Karena tanpa memulai menulis itu sendiri, kita tidak akan bisa menulis. Menulis adalah soal kebiasaan. Lalu dari mana cara memperoleh ide tulisan tersebut? Gus Mul juga sering menulis melalui kegelisahan-kegelisahan yang dialami atau kegelisahan yang tanpa sengaja ditemukan di sekitar. Tapi memang benar, lho, saya sudah membuktikan ini. Hehe.

Agus Mulyadi juga memperlihatkan hasil jepretan lainnya, jepretan yang satu ini sebenarnya adalah peringatan untuk tidak membuang sampah di tempat tersebut. tetapi, oleh si pembuat, tulisan tersebut diracik sedemikian rupa hingga menimbulkan efek sangar dan ngeri bagi pembaca, “YA AllAH, BUNUH DIA YANG MEMBUANG SAMPAH DISINI.” Bukankah ungkapan yang tertulis adalah bagian dari kegelisahan warga sekitar terhadap kurang pekanya masyarakat dengan aksi membuang sampah sembarangan.

Lucunya lagi, Gus Mul juga menimpali dengan guyonan, “Sayangnya cuma satu, huruf L-nya yang harusnya juga kapital, malah ditulis kecil. Harusnya kan juga kapital, karena kata sebelum dan sesudahnya juga kapital semua. Oh iya, kemungkinan tempatnya kurang jadi ditulis kecil. Heuheu.”

(23/10/18) Gus Mul; menyampaikan materi menulis dari kegelisahan-kegelisahan

Selanjutnya Gus Mul juga memberikan saran, seandainya kita menulis jangan ragu-ragu untuk membuat kutipan. Nah, salah satu kutipan Gus Mul yang paling masyhur adalah ini, “Cinta itu dibangun oleh perasaan, dan dipertahankan dengan penghasilan.”

Materi mengenai kepenulisan ala Gus Mul disampaikan secara apik dan ringan. Jadi, berhasil membuat para penyimak—audiens—mudah menerima materi dan lebih banyak tertawanya. Oke, review acara Comfest 2018 sampai di sini dulu. Semoga nyolong ilmu dari Gus Mul ini barokah. Seatu quote dari Mojok untukmu dan selamat mencoba! Uwuwu~
“Buku di tangan kiri, kopi di tangan kanan, jodoh di tangan Tuhan.”

KPI UIN Walisongo dalam Communication Festival 2018,

Semarang, 23 Oktober 2018.

Komentar