[PSIKOLOGI] KATANYA ANAK PSIKOLOGI ITU

KATANYA ANAK PSIKOLOGI ITU


Assalamu’alaikum. Apa kabar? Semoga kamu tetap terjaga dalam doa dan menjaga kesehatan fisik dan psikismu, ya. Aamiin. Semakin ke sini, semakin blak-blakan aja sama jurusan yang sedang ditempuh. Wkwk. Sebenarnya saya sedang mencoba mencerna apa yang saya terima selama kurang lebih dua tahun di kampus tercinta. Heuheu. Biar dikira move-on berhasil. Haha! Selain itu, biar blog-absurd saya nggak suwung secara sia-sia. Postingan kali ini juga nggak jauh-jauh dari Psikologi, seperti judulnya yang sudah saya tulis di atas.

Punya teman yang sedang menempuh studi di Psikologi, Magister Psikologi, atau Keprofesian Psikolog? Iya, minimalnya punya teman mahasiswa Psikologi, ada nggak?

“Aku!”
“Temanku anak Psikologi!”
“Sahabatku mahasiswa Psikologi!”
“Saudaraku juga anak Psikologi!”
“Njir, mantanku anak Psikologi! Aku menyesal memutuskan dia, huaaaa~”

Oke skip ucapan di atas.

Kalau jawaban kamu ‘iya, punya teman/sahabat/saudara/doi/mantan sekaligus’ di jurusan Psikologi, pasti kamu pernah secara sengaja ataupun tidak disengaja berkata seperti ini,

“Wah, berarti bisa baca pikiranku, dong?”
“Awas, dia bisa baca pikiran kita, tahu kepribadian kita!”
“Lewat mata atau gestur tubuh pun bisa dibaca langsung!”
“Jangan-jangan tulisan tanganku juga bisa ditebak aku ini orang seperti apa?”
“Baca masa depanku, dong!”

Kurang lebih seperti itulah yang keluar secara sengaja ataupun tak sengaja dari teman-teman yang memiliki kenalan di Psikologi.

Jujur, saya pun untuk pertama kalinya mengetahui salah satu teman Mas saya yang masuk Psikologi pun berkata demikian, tetapi Mas menyahut, “Iyo ora ngono, lha mbok kiro dukun? Haha.”[i] Kami pun tertawa. Lambat laun, saya dan tentu hal ini juga dialami para pejuang (muda) Psikologi juga merasakan dan mendapat pertanyaan serupa.

Salah seorang dosen yang sedang memberikan materi di kelas pun sempat menyinggung pertanyaan sekaligus pernyataan tersebut. Seketika kelas menjadi penuh dengan tawa. Berarti bisa dikatakan teman-teman di kelas menerima pertanyaan serupa, kan? Nah!

Sebentar, saya akan mengutip petikan di postingan sebelumnya (silakan baca di sini) “Emang kamu kira aku ini dukun yang bisa baca pikiranmu. Kamu tahu nggak, kalau di psikologi itu mau baca pikiran, kepribadian, minatmu ke mana harus pakai tes, terus kamu mau aku tes?” jawab bu dosen, “tesnya itu ada ini-itu-belum lagi tambahan lainnya. Wes pokoknya banyak, kamu mau?”

Semester ini pun tiba. Bagi saya, semester ini adalah semester pembuka jalan dan jalan itu semakin panjang. Lebih mudahnya seperti ini. Para pejuang Psikologi memang membaca, tetapi tidak asal membaca. Para pejuang muda Psikologi setiap hari dihadapkan dengan buku sampai jurnal-jurnal penelitian baik nasional dan internasional, penelitian, observasi, dan masih banyak lagi. Semakin bertambah semester, para pejuang muda Psikologi juga dihadapkan banyak hal, termasuk skrips—itu pasti—termasuk diperkenalkan dengan alat-alat tes psikologi, baik tes psikologi bersifat inteligensi, bakat dan minat, hingga tes inventori atau kepribadian.

Saya ingat, sewaktu masih semester awal di Psikologi, saya membaca status di beranda facebook yang intinya seperti ini, “iya ini enaknya jadi anak psikologi, pas ada mata kuliah mengenai tes, bisa sekalian ikut tes dan gratis.” Status di beranda facebook yang sederhana itu berhasil masuk dalam ingatan jangka panjang. Saya mengingatnya dan sampailah pada masa yang dimaksudkan itu. Kata dosen, “biar teman-teman juga bisa merasakan sulitnya mengerjakan soal atau testee sebelum menjadi tester.”

Tetapi setelah senang mengerjakan tes-tes psikologi tersebut, pasti tiba masa untuk membuat laporan praktikum. Nah, di masa pembuatan laporan praktikum hasil tes tersebutlah yang membuat mahasiswa psikologi ‘membaca’. Eits, tunggu dulu. Artian membaca di sini bukan asal membaca tanpa bukti dan fakta, melainkan kebenarannya—berdasar fakta dan bukti—melalui tes-tes psikologi yang dikerjakan. Bukankah hal tersebut termasuk dalam membaca?

“Jadi, kamu bisa baca kepribadianku?”
“Kamu harus tes kepribadian dulu.”
“Yaaah,”

Di Tengah Revisian Laporan Praktikum Tes Psikologi,
Demak, 2 November 2018.


[i] Iyo ora ngono, lha mbok kiro dukun? : iya nggak begitu, kamu kira dukun?

Komentar

  1. Btw, mau dong template blognya keren dan elegan gitu...

    BalasHapus
  2. Hasil download template, Mbak. Sisanya ngutek-ngutek kode template tersebut. Wkwk.

    BalasHapus

Posting Komentar