[PART 3; CATATAN SEDERHANA]--PROSES KREATIF MENULIS CERPEN DAN NOVEL
CATATAN
SEDERHANA; KAMPUS FIKSI ROADSHOW SEMARANG 2017
[PROSES
KREATIF DARI SASTRAWAN SURAKARTA, GUNAWAN TRI ATMODJO]
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Assalamu’alaikum.
Hai semuanya! Postingan ini adalah part ketiga dari rangkuman acara Kampus
Fiksi roadshow Semarang di tahun lalu. Nah, pada part ini aku bakal bahas
mengenai proses kreatif yang diberikan oleh Pak Gunawan Tri Atmodjo. Kok
panggilnya Pak gitu? Iya, aku mau belajar tawadhu, dulu. Heuheu. Oh iya, kalau
di tahun 2016, aku pernah bagi tips menulis dari Kang Abik. Kalau mau baca juga
dipersilakan. Tanpa banyak ketikan, langsung saja baca di paragraf selanjutnya.
Sumber: facebook Pameran Buku |
Bagi
Pak Gunawan Tri Atmodjo ada elemen-elemen yang mendasar baik di dalam novel
ataupun cerpen. Beliau membaginya menjadi tiga bagian;
Penokohan.
Karena penokohan ini sangat penting. Maka ciptakanlah tokoh yang unik dengan
perwatakan. Lalu untuk tokoh lainnya buatlah dengan watak yang berbeda dengan
tokoh yang pertama.
Latar.
Sudah tahukan latar itu apa? Dalam pelajaran Bahasa Indonesia hal ini selalu
dibahas. Nah, melalui latar, masukkanlah para tokoh ke dalam cerita.
Setting.
Atau gerakan cerita atau alur. Ada tiga alur. Alur maju, alur mundur, dan alur
campuran. Pak Gunawan juga menambahkan kaau dalam menulis cerpen atau novel,
mengacak alur juga sangat berguna dari kebutuhan cerita. Hal ini bisa
menghindarkan penulis dari block-writters.
Setelah
menjelaskan panjang lebar mengenai elemen penting dalam menulis cerpen ataupun
novel, Pak Gunawan Tri Atmodjo juga menambahkan hal-hal yang perlu diingat
ketika hendak menulis, seperti; tulis yang kamu kuasai atau kenali dengan
baik, momen yang bisa membuatmu merasa lega, misalnya dari pengalaman
karena kita menguasai dan dekat, katika
menuliskannya juga mudah selain itu pembaca juga akan mudah memahami tulisan
kita. Selanjutnya buatlah ending yang mengejutkan.
Mengenai
sudut pandang, Pak Gunawan juga memberikan penjelasan. Dari rangkuman yang aku
tulis mengatakan; tokoh ‘aku’ bisa memberikan efek merasakan, pembaca pun juga
bisa merasakan. Dan kelemahan dari sudut pandang ‘aku’ ini adalah rentan
dicurigai.
“Wah
bagus banget ceritanya. Si aku yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Eh
ngomong-ngomong ini kisah kamu, kan?”
Jleb!
Makrtatap!
“Yo
ngono kuilah, sabarrrr.” pikirku mantap.
Berikutnya
ada sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan nama, medeskripsikan orang
atau tempat. Nah, dijelaskan bahwa bisa menebak watak pertokoh.
Setiap
ucapan yang beliau lontarkan ada beberapa yang sempat aku catat. Beberapa
hasilnya tetap aku tulis pada part ini. Selanjutnya Pak Gunawan Tri Atmodjo
juga juga menyarankan untuk membuat kerangka atau biodata tokoh. Cara ini bisa
dipraktikkan untuk menulis novel. Karena dalam menulis novel, tak hanya
satu-dua tokoh saja, melainkan bisa lima bahkan sepuluh tokoh dan lebih. Lalu
dalam pembuatan karakter tokoh pun harus unik dan kuat.
Ada
tambahan nih, buat teman-teman yang suka menulis dan mematikan salah satu tokoh
di akhir cerita. Oke, hal ini bagus. Tetapi Pak Gunawan Tri Atmodjo menyarankan
kalau membuat ending cerita jangan membuat tokoh mati. Karena dianggap
kurang pondasi dalam pembuatan kerangkanya.
Selanjutnya,
Pak Gunawan Tri Atmodjo memberi saran dan strategi kalau terjadi kebuntuan
dalam menulis cerita; mengacak alur, hal ini bisa dilakukan dari pembuatan
cerita ke akhir, tengah, dan awal. Terus juga lakukan trik pengendapan cerita,
jika di rasa masih buntu tinggalkan sebentar, temui lagi dan tulis lagi, dan
disarankan lagi, sekali duduk langsung jadi. “Yang penting tulis saja dulu,
kalau sudah selesai baru diedit.”
Dan
disarankan lagi, ciptakan pembaca bayangan, bayangkan saja ada satu orang yang
akan mambaca karyamu. Mudahnya begini, kamu menulis cerpen tentang cinta yang
ingin kamu berikan pada doi. Nah, bayangkan saja si doi adalah pembaca bayangan
karyamu itu. Haha, doi(lang)! *plak *abaikan
Hampir
dua halaman ya nulisnya. Ada yang masih nggak paham? Misal ada yang belum paham
bisa tanya di kolom komentar atau japri saja di sosial media yang aku share di
pojok kanan, Insya Allah aku balas.
Oh iya, sebagai
penutup, aku kutip lagi ungkapan beliau Pak Gunawan Tri Atmodjo, “Seni fiksi
adalah seni menipu. Dusta yang bisa dipercaya.”
Komentar
Posting Komentar