Postingan

ADA YANG BELUM TERTULIS DI 2018

Gambar
ADA YANG BELUM TERTULIS DI 2018 Oleh: Amaliya Khamdanah Assalamu’alaikum! Apa kabar? Semoga selalu dalam rahmat serta lindungan Allah, ya. Aamiin. Oh iya, saya hampir lupa, selamat tahun baru 2019, Man-teman! Maaf ya, selama Desember saya nggak nulis di blog-absurd ini. Padahal rencananya sih setelah nulis tentang refreshing di Desa Mijen, saya bakal nulis lagi tentang pengalaman pas di Kampung Pecinan Semarang. Yhaa~ maaf ya, belum kesampaian. Tapi nggakpapa sih, cerita-cerita di Kampung Pecinan dan cerita lainnya di tahun 2018 bisa buat stok nulis di tahun 2019. Hahaa. Oke, gitu aja tulisan awal tahun ini. Selamat liburan juga ya untuk teman-teman mahasiswa, harus produktif berkarya. Hahaa. Salam liburan uwuwu~ 8 Januari 2019

[PUISI] HUJAN DAN KESATUAN DI NEGERIKU

Gambar
HUJAN DAN KESATUAN DI NEGERIKU* Negeriku berjatuhan air mata, banyak sekali butirannya, bening tanpa dosa. Negeriku menjadi bergelimangan air, tak hanya di laut tetapi jalan pun disesaki air bah. Negeriku sepanjang hari hujan, hujan air mata langit hingga hujan air mata para makhluk. Sampai pada hujan yang menggenangi mata bocah tanpa dosa. Negeriku, dari Sabang sampai Marauke, tak luput dari air. Mengalir deras hingga jatuh mengenai pelupuk mata. Negeriku banyak sekali generasi mudanya. Dari Sumatera sampai Irian Jaya, puluhan juta jiwa. Seperti hujan yang turun membasahi negeriku. Membuat laut dengan air mata. Menangis-nangis pada lautan kenangan yang sudah berlalu. Semarang, 27 November 2017 _____________ *Pernah di muat dalam website  Pura-PuraPenyair

[PUISI] BUKU-BUKU BERJALAN

Gambar
BUKU-BUKU BERJALAN Kau duduk di tepian, Berjajar rapi membentuk barisan, Bersama teman-teman serius memperhatikan, Pada alat canggih dalam genggaman. Sepanjang hari tanpa bosan, Jari-jari gemulaimu lancar mengetikkan, Pun lancar menggeser tanpa penghentian, Pula matamu sayu menatap layar bertuan. Zaman teramat kekinian, Satu manusia seribu jaringan, Enggan beranjak dari jalur gratisan, Lagi, duduk dan diam pada layar bertuan. Kau pun enggan berjalan, Masih terpaku pada layar kemewahan, Yang dilihat tak berpendidikan, Pun tak paham apa yang ditontonkan. Layar bertuan seketika menjadi panutan, Buku-buku mulai melangkah ke jalanan. Hingga zaman semakin kekinian, Buku-buku kusam tak bertuan, Menganggur di rak perpustakaan, Tak dijamah berabad oleh tangan, Menjadi makanan rayap dalam keseharian, Buku-buku tak kuasa menahan kesakitan, Berduyun-duyun keluar ruangan, Mencari suaka perlindungan,   Buku-buku tak lagi ...