MENDENGAR CERITAMU HARI INI


 

Hari ini sudah menjadi pendengar yang baik, setidaknya untuk diri sendiri?

Setahun terakhir, pertanyaan itu sering berdesakan di kepala, seolah meminta saya untuk lekas menjawab: ya, sudah. Nyatanya pertanyaan itu malah bolak-balik berdesakan di pikiran, memberi pertanyaan dan melemparkan kembali pertanyaan itu. Setelahnya, saya merasa lelah dan mager.

Orang-orang juga demikian. Di kepalanya penuh dengan berbagai pertanyaan, belum lagi masalah-masalah dan harus dihadapi, atau hal lainnya yang selalu memenuhi kepala. Pusing? Iya, pusing. Berat? Iya memang berat. Kalau dalam film NKCTHI bilang, “sabar satu per satu.”

Benar juga, yang terjadi ada jalan keluar. Namun, tidak semua jalan keluar langsung muncul di hadapan, ada yang harus dicari dulu sampai muter-muter[1], ada juga yang sudah berkeliling eh malah jalan keluar sudah ada di depan mata. Setelah masalah satu selesai, masalah lain juga datang. Kroyokan[2]. Tenang, bukan kamu aja, kok. Kalau kata Mas Iid di bukunya, “kamu gak sendiri.”

Coba keluar sebentar, kita ngobrol-ngobrol dengan teman atau cukup mengamati sekitar, misalnya ketika mendengarkan dan bercerita ke teman, kita menemukan sesuatu. Tidak harus langsung menemukan maksud, kadang perlu waktu. Mungkin berjalan-jalan keluar rumah dan mengamati sekitar. Melihat orang-orang yang sedang beraktivitas; makan di warung, orang yang menjual koran, menunggu pejalan kaki menyeberang, atau lainnya, seperti tidak melakukan apa-apa, tetapi, dalam diri menerima dan menyerap informasi, apa saja.

Kepala kita, bisa jadi bertambah banyak hal lagi atau jangan-jangan malah overthinking? Duh. Overthinking seperti sudah menjadi kebiasaan, sering dijumpai, “dikit-dikit overthinking,” atau “sudah malam, saatnya overthinking.” Entah itu candaan atau bermakna sebenarnya. Duh! Kalau begitu, mau bagaimana? Sabar, tenang, sadari, dan kuasai.

Tidak mudah. Benar. Tetapi dengan menenangkan diri sendiri dan mengambil jeda sementara sangat diperlukan. Ketika dalam satu waktu kita dihadapkan berbagai pilihan dan masalah, harus segera menyelesaikan. Di pikiran kita akan meresponnya kemrungsung[3] atau tergesa-gesa dan harus segera selesai. Padahal selama itu, bukan hanya pikiran yang bekerja, tetapi fisik kena imbasnya. Kan, fisik dan psikis seseorang saling berkaitan. Mudah lelah, salah satunya.

Jadi, bagaimana? Tidak banyak. Namun, bisa kita mulai dari diri dengan pembiasaan sederhana, yang semoga kedepannya bisa menjadi kebiasaan-kebiasaan yang tepat untuk diri atau sekitar. Mengambil jeda, mengakui, dan menyadari. Hiruk pikuk pikiran, istirahatlah sebentar, coba bertanya, perasaan seperti; apa yang dirasakan oleh diri saat ada masalah atau apa saja terkait diri. Perasaan itu juga perlu pengakuan, bahkan ketika sedih dan senang sekalipun; hai, aku bahagia karena bisa memperoleh ini! Atau aku kecewa dengan dengan hasil kerjaku! Pengakuan pada diri sendiri sangat melegakan, berarti diri kita tahu emosi apa yang sedang dirasakan. Coba tarik napas dan embuskan perlahan. Terdengar klise, tapi sedikit menenangkan.  Katakan pada diri, aku tahu ini akan memakan waktu, semua akan selesai di waktu yang tepat, sabar, ya, satu per satu. Atau cara lain dengan mengajak mengobrol diri.  Rumit? Iya, benar. Tetapi, apa salahnya untuk dicoba dahulu.

Bagaimana apa pertanyaan-pertanyaan itu sudah sedikit menemukan jalan? Gapapa, gak harus cepat, selalu ada proses.



[1] Muter-muter (Bahasa Jawa): keliling-keliling.

[2] Kroyokan (Bahasa Jawa): beramai-ramai.

[3] Kemrungsung (Bahasa Jawa): tergesa-gesa.

Komentar