FIERSA BESARI: MENULIS DARI PATAH HATI
MENULIS
DARI PATAH HATI
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Sejauh
apapun jalan yang kita tempuh, tujuan akhir selalu rumah.
—Arah
Langkah, Fiersa Besari.
Halo,
Assalamu’alaikum! Salam sejahtera bagi kita semua, semoga selalu dalam rahmat
dan lindungan-Nya. Aamiin.
Mau
posting apa hari ini? Yups, sudah kelihatang dong dari
judulnya. Menulis dari Patah Hati. Mengapa aku mengambil judul tersebut? Jadi, Jumat lalu ada tur dari salah satu penulis novel bestseller di Semarang.
Karena nggak mau melewatkan hal langka tersebut, aku dan kedua temanku datang,
selain itu juga acaranya gratis. Haha.
Emang
siapa penulis novelnya? Bung!
Siapa
sih yang tak mengenal Bung? Halah, iku, lho, penulis novel Garis Waktu! Yups,
tepat! Bung adalah saapaan akrab dari Fiersa Besari, lelaki kelahiran Bandung 3
Maret. Bung telah melahirkan beberapa karya—buku—yang sekarang ini di gandrungi
kawula muda. Bagaimana tidak keempat karyanya; Garis Waktu, Konspirasi Alam
Semesta, Catatan Juang, dan Arah Langkah, menjadi sorotan kawula muda saat
berkunjung ke toko buku dan perpustakaan.
Jumat lalu, tepatnya di DP Mall Semarang adalah serangkaian acara Arah Langkah
& Perjalanan 9 Kota. Antusiasme penggemar karya Bung sangat luar
biasa. Kurang lebih ada tiga ratus peserta yang duduk dan berdiri saat acara
berlangsung.
Bung
mengawali acara Arah Langkah & Perjalanan 9 Kota dengan senyum, sapaan,
dan lambaian tangan. Para peserta pun tak kalah hebohnya menjawab sapaan dari
Bung. Terlihat tawa sumringah dari Bung dan para peserta.
“Buku
Arah Langkah ini aku tulis di tahun 2013. Tetapi baru empat tahun kemudian,
pada tahun 2017 diajukan ke penerbit Mediakita.” tutur Fiersa Besari dengan
tersenyum.
Bung
juga menambahkan bahwa buku Arah Langkah bisa menjadi kawan untuk memulai ‘keluar
dari zona nyaman’ dan memulailah mengembara dan berpetualang.
“Lucu
betapa patah hati bisa menuntun seseorang melakukan hal-hal dramatis di
hidupnya. Jika patah hati menuntun beberapa orang untuk menyilet tangan,
menggantung diri, atau memaki di status media sosial, patah hati justru
menuntunku untuk berkelana. Menyusuri Indonesia! pekikku bangga.”
(Arah Langkah, hlm: 6)
Tak
hanya itu saja, Fiersa Besari juga sedikit bercerita mengenai awal karier
menulisnya, “Aku sempat tertipu saat menerbitkan buku, malah pada teman sendiri.”
Selain itu juga, Bung memberikan saran kepada kawan-kawan untuk tetap memilih-milih dalam menerbitkan
buku, “Kalau mau menerbitkan buku di penerbit A misalnya, dan jika kamu merasa
tertekan dipenerbit tersebut jangan mau, misal kayak mengikuti pasar dengan
deadline. Banyak kok, penerbit yang membebaskan pikiran penulisnya. Jadi tetap
pilih-pilih, ya.”
Berbicara
soal writers-block, Bung menanggapinya dengan tersenyum, Bung malah
menganalogikannya dengan perjalanan saat mendaki gunung, “writers-blok
itu terjadi karena capek, kalau capek ya istirahat. Jadi, begini, banyak kan
yang suka muncak? Anggap saja iya. Nah, pas di tengah-tengah perjalanan muncak kamu
pasti berpikir gini ‘kok aku sampai sini ngapain ya? Aslinya kan enak di rumah
bisa tiduran, istirahat?’ terus kalau di rasa capek, maka istirahat di tengah
perjalanan juga sangat diperlukan, tapi setelah sampai puncak dan melihat bagian
dari keindahan semesta pikiran-pikiran tersebut akan hilang. Sama halnya dengan
menulis, sering kita berpikir tentang, ‘kok jelek ya tulisanku? Ah hapus bagian
ini? Ini juga harus dihapus, jelek’ dan saat itu juga disarankan untuk beristirahat,
sekadar merefreshkan otak. Nah, writers-blok pun sama, itu terjadi karena capek, kalau
capek ya istirahat, jangan dipaksain.”
Dari
beberapa kajadian patah hati yang dialami Bung, menginspirasi Bung untuk
berkarya. Bung juga menambahkan selama melakukan perjalanan menyusuri
Indonesia, Bung menemukan banyak hal. Termasuk obat penyembuh dari patah hati;
dengan berkarya.
Oh
iya, Bung izinkan pemilik blog absurd sekaligus amatiran ini mengutip ucapanmu,
“Selama perjalananku menyusuri Indonesia aku menyadari, ternyata patah
hatiku lebih kecil daripada patah hatinya negeri ini.”
Oke,
ulasan sederhana dari acara tur Arah Langkah dan Perjalanan 9 Kota,
cukup sampai di sini. Tetap stalk blog-absurdku, ya!
Salam
Lestari, Salam Literasi!
Arah
Langkah dan Perjalanan 9 Kota,
Semarang,
1 Juni 2018.
Komentar
Posting Komentar