DIBALIK LAYAR LA TANSA EDISI 13
DI BALIK LAYAR LA TANSA EDISI 13
Oleh: Amaliya Khamdanah
Ada
sebuah cerita yang pernah lalu diantara kita, kawan. Aku masih jelas
mengingatnya. Sejenak aku ingin membahasnya satu-persatu. Apa sajakah itu? Aku
sulit menjelaskannya, aku yang hobi menulis pun sangat sulit menuangkan
pengalaman itu kedalam kata. Entah akan kucoba.
Edisi
13 memang berbeda dari yang lain. Edisi yang memang sengaja Allah ciptakan. Tak
dapat dipungkiri juga tema majalah yang diambil pun sangat menarik, sesuai
dengan keadaan negeriku. Ketika para remajanya digandrungi budaya-budaya dari luar, namun ada sekelompok
remaja yang justeru mempertahankan budaya lewat tulisan. Yah, itulah kami. Kru
La Tansa edisi 13.
Majalah La Tansa edisi 13. Wajib dibaca. Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak sekarang kapan lagi? Belajar Budaya Nusantara.
Awalnya bukan tema budaya yang akan
kami ambil, malainkan tentang Mimpi. Namun, ada masukan dari salah satu koran ternama di Semarang yang
menyarankan untuk mengambil tema itu, maka jadilah BACK TO CULTURE. Kita
akhirnya berunding dan memastikan, apakah tema ini cocok untuk kalangan para
remaja? Jawabannya YA, SANGAT COCOK. Setelah itu, kita para kru majalah
membagi tugas, serempak dan pas, semua
mendapat bagian. Semangat kita sangat menggebu-gebu. Halangan apapun kami
terjang, bahkan perang sekali pun.
Sebenarnya kita tak saling mengenal.
Awal Agustus 2014 adalah pengrekrutan Crew baru. Aku hanya mengenal beberapa
diantara teman baruku, ya walaupun sejak duduk dibangku kelas X sudah bergabung
di organisasi ini. Dan bodohnya lagi aku
tak mengenal siapa ketua pada edisi angkatanku. Tak ada koordinasi sama sekali.
Agustus
2014, adalah awal tugas kami. Membuat mading yang layak konsumsi para remaja
sekolah kita. Gambar disamping adalah prasastinya. Tanda tangan para teman
baruku ditambah Dessy Sensei yang juga ikut membantu. Aku masih ingat jelas,
siapa saja yang datang waktu itu, bahakan siapa saja yang dating awal dan
seterusnya pada waktu itu. Sangat-sangat jelas sekali. Jejak-jejak kami ukir
pada genting yang hampir rusak itu, nama semuanya disingkat, alias inisial.
Tertera 07 September 2014. Siapa saja mereka? ADP, AMM, MKS, RO, AK, dan Adhes.
Pada
17 September 2014, anggap saja tanggal pertengahan, guru pndamping organisasi ini
menyarankan untuk diadakan acara kecil-kecilan, namanya Team Solid La Tansa,
baru lewat acara ini aku mengenal mereka satu-persatu. Banyak sekali yang
didapat diacara sederhana ini. Kami menemukan sahabat baru, yang dulunya ketika
bersimpangan di jalan hanya saling diam. Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan lewat kertas, usai
acara, kami bertukar kado. Aku menemukanmu, kawan!
28
September 2014, pelatihan jurnalistik di
madrasah tercinta, itu saja aku belum mengenal jelas mereka. Ya, setidaknya
sudah tahu nama mereka stu persatu lah. Setelah hari pelatihan itu ada peliputan berita untuk Koran Jawa Pos
Radar Semarang, dan lawat tugas itu, Aku baru mengenal dekat mereka. Perjalanan di Jawa Pos juga sangat
berkesan, kawan. Bahkan aku masih sangat jelas kisah itu. Sayang tak ada
fotonya, kamera rusak pada saat itu. Menginjakkan kaki di Jawa Pos Radar
Semarang, aku masih ingat suasanany, sejuknya, dan ramainya tempat wartawan
itu. Belajar EyD dan Layout juga. Lalu melihat-lihat para redaksi Radar
Semarang yang sedang bekerja. Semarang, 19 November 2014.
(21/11) Berjualan Koran ke seluruh
kelas-kelas, juga pernah kita jalani. Mengasyikkan, dan agak m***************
hehe. Banyak yang menertawai, namun tak jarang juga banyak yang mendukung dan
menyemanagti. Ya tapi kita tetep optimis. Desember 2014 telah berakhir. Cerita
kita di semester satu juga telah berakhir. Namun, tetap simpan rapi kisah itu,
kawan!
Dan ceritanya masih lanjut, nantikan saja yaaa :D See you...
prasastinya bikin gregedh :D
BalasHapushap-hap, latansa memang beda :D
Hapus