[BUKU] 'TUMBUH CINTA' MELALUI ADA NAMA YANG ABADI DI HATI TAPI TIDAK BISA DINIKAHI


Ada Nama yang Abadi di Hati tapi Tak Bisa Dinikahi merupakan buku karya Maman Suherman yang terbit di Grasindo pada tahun 2020. Buku yang di dalamnya (sebagian) penuh warna dan gambar, dengan kover tebal atau hardcover. Terdiri dari enam bagian, bagian prolog sampai epilog yang penuh ilustrasi dan satu bagian pada Lampiran Cinta, pesan sederhana yang penuh makna.

Ketika membaca judul dari buku ini, kupikir hanya akan bercerita tentang patah hati, putus asa, pahitnya merindu seseorang yang sudah jadi mantan, sampai gagal move on. Ternyata, iya ada benarnya, sih, tetapi, lebih dari itu. Buku ini menawarkan sesuatu yang berbeda dari yang lain.

Di buka dengan pesan seorang ibu pada anaknya yang akan merantau ke ibukota, pesan itu singkat, tetapi cukup rumit (kalau dipikir), "Kalau cari pasangan hidupmu, pilihlah yang tidak menistakanmu." Lho, kan?!

Uniknya buku ini, sebelum mencapai pada Lampiran Cinta, kita tidak akan menemukan halaman, selayaknya buku-buku yang di ujungnya akan menemui angka-angka penanda halaman. Tak apa, kita bisa mengingatnya, kan? Hehe.


Bagian itu mengingatkanku pada obrolan chat dengan seorang kakak tingkat (beda universitas). Saat itu kami membahas tentang cinta, kurang lebih, dan berujung pada apakah pacaran diperlukan? Kami sama-sama membalas haha pada pesan tersebut, sampai akhirnya, kakak tingkat menulis sesuatu di pesan itu, kalaupun cari pasangan jangan karena kesepian, ya. Iya, bisa jadi ketika udah pacaran, tetapi kesepianmu tidak hilang, eh, malah bertambah. Kurang lebih begitu katanya. Aku mengangguk sepakat. Pagi ini ketika membaca buku Kang Maman, malah dipertemukan dengan tulisan (yang bisa kamu baca di foto atas ataupun bawah paragraf ini).
Semesta tak bosan mengingatkan:
Jangan jadikan semata kesepian sebagai alasan untuk jatuh cinta. Sungguh teramat banyak yang telah berulang kali jatuh cinta, masih merasa kesepian.
Aku menyebut bagian prolog yang kemudian disusul bab satu, dua, tiga dan epilog, adalah bagian dari proses cinta yang akan terus berjalan. Dari pesan ibu, jatuh cinta, kasmaran, rindu, patah hati, sampai kamu bebas menafsirkan. Pesan-pesan (atau kita lebih dekat dengan maksud kutipan) singkat tapi relate dengan kehidupan cinta. Sek, coba dengan kutipan yang ini, "Kamu adalah semua kesimpulanku." tapi, ilustrasi yang menyertai malah ruwet. Haha! Atau, "Sebelum putuskan pergi, ingatkan aku cara cepat melupakan." dengan ilustrasi gembok yang terbuka. Hahaa, opo jal iki, aku malah tertawa membaca bagian ini. 

Tidak perlu banyak-banyak spoiler, biar kamu juga penasaran dengan buku Kang Maman yang ini.

Berlanjut pada bagian Lampiran Cinta. Nah, bagian ini sangat menarik. Aku merasa Kang Maman seperti memberi pesan secara langsung dihadapan, tetapi, ternyata pesan-pesan itu beliau tulis melalui buku yang ini: Ada Nama yang Abadi di Hati tapi Tak Bisa Dinikahi. Dari babagan uang sampai media sosial yang berkaitan dengan diri, sampai tanda-tanda friendzone! Lebih serius, kan, ya? Walaupun di bab-bab sebelumnya juga sudah serius, sih. Serius tapi santai.


"Karena suami ibu begitu sempurna?"
"Sebaliknya, ia banyak kekurangannya."

Kamu bisa membaca sekilas melalui foto yang aku sertakan di atas. Bagaimana, cukup tertohok? Atau kagum di bagian akhir dialog? Apapun responmu, ayo lanjutkan baca sedikit lagi review buku Ada Nama yang Abadi di Hati tapi Tak Bisa Dinikahi ini. Mulai bagian ini, ada bolak-balik pesan yang disampaikan. Sederhana tapi rumit dan tetap santai. Buku yang bisa dikatakan mengambil judul patah hati, tetapi, pesan yang disampaikan begitu banyak. Tidak melulu tentang gagal move on dari mantan tetapi bagaimana menyikapi hal-hal yang berkaitan. Ada yang abadi di hati dan bisa dinikahi. Ada yang abadi di hati tapi tak bisa dinikahi. Wejangan dan mewanti-wanti kehidupan setelah memtuskan sah dengan pasangan. Ternyata banyak sekali, ya~

Oh iya, aku sempat mengecek buku karya Kang Maman yang ini di aplikasi iPusnas, ternyata tersedia, tetapi, dengan antrean yang lumayan. Sebelum menutup review, aku izin mengutip sesuatu dari halaman tiga-puluh, begini, "Dalam kebersamaan yang diwarnai perbedaan, ubahlah kosakata 'jatuh cinta' menjadi 'tumbuh cinta'. Masa sudah cinta terus jatuh karena perbedaan semata? Bukankah kalian bersama karena dua beda menjadi satu?"

Satu lagi! Salah satu pesan yang ada di buku ini ingin kukutip juga. Seperti Kang Maman, aku juga suka dengan penggalan puisi Dalam Doaku karya alm Eyang Sapardi Djoko Damono. Terima kasih



Komentar