JATUH CINTA DENGAN BUKU DI BAWAH ATAP JOGLO
JATUH
CINTA DENGAN BUKU DI BAWAH ATAP JOGLO
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Pernah
jatuh cinta?
Rasanya
pertanyaan tersebut layak dilemparkan untuk semua orang. Namun, dari banyak
orang yang mendapat pertanyaan tersebut akan menjawab atau mengekspresikan
‘jatuh cinta’nya dengan cara yang berbeda. Seperti, seorang akan menjawab
pertanyaan tersebut dengan, “Iya, aku pernah jatuh cinta, sekali, dua kali,
tiga kali, bahkan ratusan dan aku menyatakan cinta itu padanya!” atau “Iya,
tetapi aku lebih memilih menyimpannya saja, itu lebih baik.” dan masih banyak
lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya.
***
Ah
iya, aku akan membagikan sedikit pengalaman yang semoga bermanfaat di
blog-absurd ini dan tentu tidak jauh-jauh dari judul yang diangkat. Lebih
tepatnya, pengalaman di tahun 2018 yang berhasil membuat penulis di blog-absurd
ini gagal move-on! Wkwk.
Jatuh
cinta juga, Mal? Yups! *eh
Minggu
di bulan Pendidikan, berbeda dengan Minggu di bulan-bulan sebelumnya. Mengapa?
Lebih tepatnya pada Minggu, 13 Mei 2018. Acara yang dilaksanakan di salah satu
kampus di Tembalang; Undip.
Sebenarnya
acara akan dilaksanakan pada 17 Mei 2018, bertepatan sebagai hari Buku
Nasional, tetapi karena pada tanggal tersebut sudah menginjak bulan Ramadan,
maka dengan sangat bijak diajukanlah acara di Tembalang tersebut. Oh iya,
kemungkinan besar postingan tentang ini akan berlanjut sampai beberapa
bagian/part, tapi semoga aja nggak. Heuheu. Iya, kayak tulisanku sewaktu
gagal move-on di Kampus Fiksi roadshow Semarang 2017. Sabar, ya. Heuheu.
Sebelum
Minggu tiba, aku dan beberapa kawan baik sudah saling berkomunikasi untuk
berangkat bersama ke acara tersebut, karena aku dan dua kawan baikku tidak
hafal jalan menuju tempat acara berlangsung.
“Oke,
ntar ketemuan di Taman Pandanaran jam delapan, ya. Kayak biasa pas buka LaCaK!”
Pesan
singkat terkirim via-WA. Oke sip. Batin kami serempak dengan jarak
tempat berbeda.
Minggu
tak sendu, tak mengeluarkan air matanya, dan tak hujan. Langit bersahabat
dengan matahari. Cerah sekali. Alhamdulillah… tepat jam delapan molor
lima belas menit kami langsung tancap gas menuju Tembalang. Untung diantara
kami bertiga, hanya lupa-lupa ingat jalan menuju kampus Diponegoro tersebut.
“Tempatnya
mana?” tanyaku pada Sema setelah memarkirkan motor.
“Itu
Joglonya.” balas Sema terus melangkah diikuti Mahfud dan aku.
Sebelumnya
perkenalkan lagi, acara Minggu tanggal 13 Mei 2018 diadakan sebagai peringatan
Hari Buku Nasional di Kota Semarang. Walaupun tidak semua pegiat literasi
berkumpul di satu titik, tetapi setidaknya perwakilan dari beberapa komunitas
literasi di Semarang yang hadir menjadi salah satu penggerak untuk kegiatan dan
keaktifan literasi di Semarang selanjutnya.
Bertajuk,
“Nge-Joglo Bareng Buku” dihadiri setidaknya beberapa komunitas yang aktif
mengkampanyekan literasi di lingkungan Kota Semarang. Ada Pawon Literasi dari
Universitas PGRI Semarang; biasanya kalau membuka lapak baca buku dan diskusi
di area sekitaran kampus, lalu salah satu program kerja dari HMP DIII
Perpustakaan dan Informasi (Perpin) Undip juga setiap Minggu pagi—pas
CFD—membuka lapak baca buku di depan gedung pramuka bernama Café Literasi, ada
lagi Kalam Kopi dari Universitas Negeri Semarang sering juga membuka lapak baca
buku dan diskusi di area Sekaran, Gunungpati, lalu Ruang Baca dari Unika
Seogijapranata Semarang, Ruang Baca juga sering banget menerima buku layak baca
untuk donasi ke pelosok Nusantara, selanjutnya ada Forum Lingkar Pena (FLP)
Semarang yang turut hadir dalam acara, ada juga organisasi ekstra kampus; IYP
Institute, sering juga membuka lapak baca buku di Minggu pagi pas CFD, diskusi,
dan kegiatan-kegiatan lain, dan komunitas literasi yang aku timbrungin, hahaa.
Yups, Memo Semarang Community atau yang biasa disapa Mesem/Memo/Mesemcom.
Sebenarnya masih ada lagi yaitu dari Sastra Padi Semarang, sayangnya perwakilan
dari komunitas tersebut tidak bisa hadir. Heuheu.
“Aku
rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”
Begitulah
wejangan dari Mohammad Hatta yang begitu masyhur dikalangan kita.
Pas
acara Nge-Joglo Bareng Buku dimulai, teman-teman—jika aku menyebut
peserta kayak ada batasan gitu ya, heuheu—dipersilakan membaca buku yang telah
disediakan dibarisan depan. Karena hal ini—bagiku momen langka—maka dengan
cekatan kuambil gambar, jujur saja, sewaktu acara dimulai, aku sedikit
kebingungan, ya, tapi dengan modal ‘percaya diri’ kuambil buku kumpulan
puisi—lupa judulnya—yang jelas kumpulan puisi tersebut adalah hasil dari lomba
cipta puisi se-ASEAN yang diadakan oleh FTIK IAIN Purwokerto. Oh iya, di buku
tersebut juga ada puisi dari penyair yang kuidolakan. Haha. *abaikanini
Ada
yang menarik dari sesi baca buku bersama ini. Emangnya apa? Jadi, pas
teman-teman literasi berkumpul dan membaca buku bersama, ada seekor kucing yang
mendekat dan dengan percaya diri duduk diantara buku-buku yang berjajar rapi.
Seketika
pula, aku teringat pada salah satu cerita di novel Tanah Surga Merah
karya Arafat Nur, yang mana kucing peliharaan Bambang—teman dari tokoh
utama—Murad—juga senang membaca.
Sekitar
lima belas menitan, sesi baca pun berakhir. Acara selanjutnya adalah bincang
buku. Buku apaan? Buku perdana dari Kepala Suku Memo Semarang Community
yang berjudul Hanya Puisi. Bincang puisi ini langsung dipaparkan oleh si
penulis; Ach. Mubarok, didampingi ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Semarang; Pak
Roh Agung Dwi Wicaksono, dan moderator uhui Mas Bowo.
Setelah
mendengarkan banyak hal mengenai kepuisian dari buku Hanya Puisi,
selanjutnya ada penampilan dari Melodi Guntur dan Mbak Chelsea. Oh iya, Mei
lalu, tepatnya pas ada Bazaar Buku di Gedung Wanita Semarang, juga Melodi
Guntur berhasil meraih juara 2 Musikalisasi Puisi se-Jawa Tengah. Asyik
nggak tuh? Asyik beud!
Dua
kali perform membawakan musikalisasi puisi Maju karya Chairil Anwar dan Hanya
Puisi.
Hanya Puisi
Oleh: Ach. Mubarok
Hanya puisi,
Di sela-sela jemariku,
Menuntun pulang kata-kata,
Tanpa sepasang,Matamu,
Hanya ada puisi
Di belantara kepalaku
Riuhkan bait-bait rumit
Mengalir diantara bibirmu
Hanya ada puisi,
Di pantai dan surut
Di gunung dan kabut
Di langit dan laut
Barangkali
Di kamu dan aku.
Selanjutnya
ada Kiat-Kiat Menulis Kreatif bareng Mawapres FIS Unnes, yaitu Mbak Fika!
Uwuwuwu~ Kukenalkan
dulu siapa Mbak Fika itu. Kan ada yang bilang kalau tak kenal maka tak kemal,
eh sayang, ya kan~
Namanya
Nuzulul Fika Aulia, perempuan berdarah Bumiayu, sekarang menempuh pendidikan di
Sosiologi Antropologi, FIS, Unnes. Prestasinya? Segudang! Dimulai dari tingkat
fakultas hingga nasional juga ada, lho! Wes pokoke, mantep banget! Idolaaaa!
Uwuwuwu~
Sedikit
kubagi tips, nih. Sebenarnya tips ini juga sudah dibagikan di instagram @mesem_com, sila simak aja, yaaa!
Mbak
Fika memberikan hal-hal yang bisa dilakukan sebelum memulai menulis, antara
lain peka, ekspensive knowledge atau berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan, etos ilmiah (bukan hanya konsumen tetapi juga produsen)—bisa sudut
pandang yang diberikan penulis—dan penulis kudu dinamis. Selain itu, Mbak Fika
juga membagikan cara mendapatkan ide. Apa saja, sih? Ada tiga, yaitu mencari
referensi sesuai yang akan ditulis, harus percaya diri dengan apa yang akan
ditulis, serta inspirasi—bisa datang dari mana saja, termasuk kepekaan terhadap
lingkungan sekitar.
Sebelum
acara berakhir, ada sesi foto bersama, karena nggak semua teman-teman yang
hadir nggak semuanya bisa sampai akhir.
Ini dia foto bareng yang sangat uwuwuwu~ |
Di
akhir acara Nge-Joglo Bareng Buku ada sesi kumpul bareng/sambang komunitas,
yaitu beberapa perwakilan dari komunitas-komunitas literasi di Semarang yang
datang duduk melingkar memperkenalkan komunitas masing-masing. Dari IYP
Institute, FLP Semarang, Pawon Literasi, Kalam Kopi, Café Literasi, dan Memo
Semarang Community. Asyik banget!
Sengaja kubuat panorama agar kelihatan (gak) semua. Uwuwu~ |
Setelah membaca review acara ini, bagaimana rasanya? Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Jujur saja, ada rasa gembira yang hingga detik ini aku rasa. Seperti aku bisa bertemu dengan teman-teman seperjuangan literasi dan banyak hal lainnya yang membuatku sadar. Oh iya, ternyata tulisannya nggak jadi berpart. Haha.
Terima
kasih dan salam hangat dari salah satu anak muda yang mencoba mencintai
literasi dari buku. Salam budaya, semangat literasi! Uwuwu~
Joglo,
FIB Undip,
Semarang,
13 Mei 2018.
Komentar
Posting Komentar