CFD BARENG MESEM KSD

CFD BARENG MESEM KSD
Oleh: Amaliya Khamdanah


Pernah CFDan? Eh CFDan itu apa? Halah, itu lho, Car Free Day, biasanya diadakan pas hari Minggu pagi di alun-alun kota/kabupaten. Ah iya, sampai lupa salam. Assalamu’alaikum! Semoga kawan-kawan selalu dalam rahmat dan lindungan-Nya. Aamiin.

Sesuai judulnya, aku mau ngeblog tentang hal ini. Apaan? Jadi, di akhir Minggu bulan April, lebih tepatnya pada 29 April 2018, kami—kekawan Memo Semarang Community—ikut memeriahkan acara dari KSD atau Komunitas Sahabat Difabel.

Acara bertajuk Fun Walk Peduli Autisme (Semarang Peduli Autisma) dihadiri banyak kalangan. Bahkan untuk memeriahkan acara ini, pun sebelumnya berbagai acara dan perlombaan diadakan, seperti lomba baca puisi, pidato, dan aku lupa masih banyak lagi. Heuheu. Nah, pas Minggu paginya ini adalah acara inti atau acara puncaknya.

Oh iya, pengalaman ini adalah pengalaman pertama ikut CFDan. Jadi, sebelum menuju Simpang Lima Semarang—saat di basecamp—karena sebelumnya kami—lima orang—ngecamp di masjid—aku sempat berbisik pada diri sendiri, “harus beda dan memperoleh banyak pengetahuan. aamiin.”

Kami berangkat pagi, lebih tepatnya usai sholat subuh di masjid. Jalanan Mijen-BSB-Ngaliyan-Siliwangi-Jendral Sudirman-Bulu-hingga Pandanaran pun lengang. Kami sempat kebingungan ketika hendak menuju gedung sosial, karena banyak jalan yang hampir ditutup, untung saja dengan izin Allah, kami sampai gedung sosial dengan damai dan selamat. Karena lapar, kami memutuskan mengisi perut.

“Kalian di mana?”
“Makan.”

Beberapa yang belum datang pun ikut menyerbu tempat jualan yang kami tumpangi makan. Jadi, tanpa sadar pedagang soto tersebut menjadi tempat rapat ndadak kami. Wkwk. Setelah dirasa kenyang dan memang habis isi dari mangkuk tersebut, kami kembali melakukan perjalanan, mengemban amanah untuk ikut jalan santai. Hahaa.

Benar saja, sesampainya di depan gedung dinas sosial, kami yang entah berapa jumlahnya langsung tercerai-berai, eh bukan, maksudku langsung dibagi menjadi beberapa kelompok. Tentu, untuk hal ini sebisa mungkin mendapat kelompok yang enak diajak ngobrol. Oke, akhirnya aku, Sema, dan Dita menjadi satu kelompok, sedangkan ketua tokoh kelompoknya adalah mas-mas pakai baju olahraga biru. Ah iya, aku lupa, dalam acara puncak ini, semua yang turut hadir diwajibkan mengenakan pakaian berwarna biru.

Sosialisasi dan Cokelat Gratis

Kami berempat pun berjalan, karena mendapat tugas di bawah tugu dekat pascasarjana Undip Semarang. Lagi-lagi kami sempat kebingungan dengan hal yang harus dilakukan, cluenya adalah menarik orang sebanyak mungkin agar ikut memeriahkan acara Fun Walk Peduli Autisme (Semarang Peduli Autisma). Sedangkan ketua tokoh tadi berhasil mengantongi piala juara dua membaca puisi. Jadi, ide apa yang harus dibuat dan dilakukan? Oke, aku juga bingung.

Saat itu pula yang dibenak kami adalah kolaborasi puisi dan teater. Oke, teater bukan bidangku. Haha. Kami berempat saling berdiskusi—lebih tepatnya saling melempar ide—lama sekali. Karena mikir kelamaan inilah yang membuat kami harus memanggil suhu Memo Semarang Community untuk ikut melempar ide.

Hasilnya?

Oke, ini CFD pertama kali sekaligus yang paling berkesan.

Sema menunjukkan aksinya dalam teater, sedangkan mas berkaos biru dengan aksi membaca puisi. Lalu Dita berdiri tak jauh dari mereka dengan membawa tulisan—sebagai identitas—acara puncak ini—sedangkan aku, asyik aja sih pegang ponsel. Hahaha.

Sungguh, aku terkagum-kagum dengan kolaborasi mereka berdua. Takjub banget! Sebentar, kayaknya videonya ada di channel youtube Memo Semarang Community.

Kolaborasi Seni dan Olahraga

Seketika aku menjadi pengamat; mengamati mereka berdua sekaligus orang-orang yang lalu-lalang. Banyak dari mereka yang bertanya-tanya, mendekat, bahkan yang parah adalah acuh tak acuh. Oke jangan kaget, ini ibukota.

Satu puisi dibacakan. Tepuk tangan terdengar keras—iyalah yang tepuk tangan kamu, Mal—Kami kembali berkumpul, mengajak orang-orang yang duduk bergerombol untuk datang dan tak lupa membagikan cokelat gratis dan pita biru pada mereka. Oh iya, warna biru menjadi lambang warna untuk autism.

Dari Timur terlihat iring-iringan manusia berbaju biru. Ternyata juga bagian dari Fun Walk Peduli Autisme (Semarang Peduli Autisma), maka, ketika iring-iringan—jalan sehat sekaligus kampanye peduli autisme—ini sampai di dekat tugu pascasarjana Undip mereka berhenti. Sema dan mas berkaos biru kembali menunjukkan aksinya. Kali ini kolaborasi mereka dibubuhi instrument mellow serta pengeras suara. Seketika orang-orang berkumpul, membuat lingkaran besar untuk melihat kolaborasi seni secara gratis di tengah kejenuhan lari-lari (dari kenyataan).

Aku juga sempat mendokumentasikan kolaborasi ini. Sungguh, dibuat takjub dua kali oleh kolaborasi keduanya. Bahkan ketika kolaborasi berakhir, aku melihat seorang bapak-bapak berjalan mendekati kami—karena saat itu aku, Sema, dan mas berkaos biru—berjalan beriringan—disapa, katanya puisi yang dibawakan mas berkaos biru itu sangat bagus. Oke sepakat!

Jangan tanya, siapa nama mas berkaos biru itu. Aku nggak kenal!

Merasa ada yang hilang, aku menghentikan langkah. Benar saja, Dita yang sedari tadi bareng, ia menghilang. Bodoh! Padahal Dita berjalan dua langkah di depanku. Oke sip. Karena cokelat yang kami bawa cukup banyak maka dengan bijaksana aku dan Dita kembali berputar arah untuk membagikan cokelat-cokelat tersebut. Parah banget, kita nggak ambil cokelatnya! Haha! Inget, Mbak, bukan hak kita~ *skip

Aku dan Dita kembali berjalan, muter lagi pas sampai tugu pascasarjana Undip. Tahu hal yang terjadi setelahnya? Jatuh, Mal? Kesandung (masa lalu), Mal? Orak kabeh!

Kami bertemu dengan beberapa mas-mas yang menggelar buku-buku. Banyak banget, serius! Ketika melewati mereka, ada sinyal untuk segera menepi, tetapi kami urungkan, dengan rodok guaje, dari samping kuambil foto mereka yang sedang membuka lapak baca. Untung mas-mas yang jaga lapak baca nggak sadar pas ini. Hahaa.

“Gaes, ini dari Cafeliterasi, bukan?” ketikku di grup WA Memo Semarang Community.

Memo Semarang Community. Tumben foto bareng? :')

Sayang seribu sayang, nggak ada respon sama sekali. Oke. Pas sampainya di depan gedung dinas sosial, kami bercerita pada kawan-kawan Memo lainnya. Dan hap! Salah satu suhu Memo mengajak kami ke sana, sekadar mengobrol dan baca buku gratis. Tetapi setelah makan bubur kacang ijo gratis. Haha.

Oke, lama-kelamaan tulisan blog-absurdku gaje!

Benar setelah rampung makan, kawan-kawan digiring ke lapak baca yang sempat kufoto tersebut, termasuk mas berkaos biru itu. Beberapa dari kami berjalan berirngan. Sampai akhirnya aku dan Angga—mantan ketua La Tansa edisi 13 yang sengaja kuajak bergabung dengan Memo—pun berheti. Tanpa diduga pula, Aku dan Angga bertemu Riska. Oke, ini hal yang mengharukan. Padahal kami bertiga nggak janjian bakal ketemu di CFDan Minggu ini. Ya Allah…

Tak lupa, kami bertiga pun berfoto bersama, kalau penasaran fotonya bisa dicek langsung di akun instagramku, ya. Haha!

Perjalanan masih berlanjut. Kini aku dan Angga harus menemukan kekawan lainnya. Benar sekali, hampir saja kehilangan arah, tiba-tiba tangan dari suhu Memo menghalangi langkah kami, “Konco-konco do ning kono.” Ujarnya menunjuk ke arah tugu.

Benar saja, kawan-kawan Memo sudah duduk berjejer rapi di bawah terik sinar matahari pagi. Banyak buku yang tergeletak di atas spanduk. Kusapa mereka. Entah, yang kuingat dari sapaan yang kulontarkan adalah hal absurd. Heuheu.

Aku dan Angga pun mendekat, hanya saja bedanya adalah Angga mencari tempat yang agak adem dan aku sebaliknya. Nah, pas duduk bareng di lapak baca yang kukira milik Cafeliterasi inilah aku tahu, kalau sebenarnya lapak baca ini bukan dari yang kusebutkan tadi. Melainkan dari Perpustakaan Jalanan. Ya Allah, aku masih salah menyebut nama yang membuka lapak baca buku ini. Setelah mendengar penjelasan dari sang empunya, ternyata lapak baca buku ini dari IYP Institute.

Suasana Lapak Baca Buku CFD Semarang

Banyak sekali yang dibahas, bahkan kepala suku pun sempat menyinggung acara yang akan diadakan Memo Semarang Community pada Mei yang akan datang. Tak lupa pula saat berkumpul seperti ini, kuambil gambar. Menurutku foto yang kuambil ini bagus, karena candid! Wkwk.

Sudah berapa halaman, ya, aku menulis ini? Sepertinya sudah sangat banyak. Untuk kelanjutan nya tunggu saja di postinganku selanjutnya. Tentu masih berhubungan dengan buku-buku, kok.

Ada satu hal yang ingin kupetik--sebenarnya banyak--dari pengalaman pertama CFDan ini. Aku pernah mendengar bahkan sering, bahwa ketika kita menyukai suatu hal, tentu secara otomatis—gerakan semesta—mengenalkan dan membawa kita pada hal yang kita sukai itu, salah satunya bertemu dengan orang-orang yang serupa. Dan kau tahu? Bukankah hal tersebut sangat menyenangkan? Yups, tepat!

Terima kasih untuk orang-orang dibalik cerita ini; Sema Karunia, Dita, Aulia, Mbak Maull, Arnita, Desi, Angga, Aji (mas berkaos biru yang baca puisi), Mas Janu, Mas Reza, Mas Bowo, Mas Mubarock, dan Kawan-kawan IYPI, untuk pengalaman-pengalaman tiada pernah terlupa dan sudah menjadi abadi ini.

Salam. 
Semarang, 29 April 2018.

Komentar