[REVIEW BUKU]--UNFORGETTABLE BAPER MOMENTS
UNFORGETTABLE BAPER MOMENTS
Gak
Selamanya BAPER Itu Bikin Hati KLEPER-KLEPER
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Assalamu’alaikum,
kawan-kawan semua! Sehat bukan? Ini awal April, loh! Selamat menikmati bulan
penuh ujian—tertulis maupun praktik. Eh, ini kok malah -_-
Yooo,
seperti janji saya pada postingan sebelumnya. Awal April saya mau review sebuah buku komedi yang tentunya
bikin ngakak sekaligus baper. Pas banget nih sama suasana hati saya *eh. Hmm,
lebih tepatnya buku yang akan saya bahas ini adalah kumpulan kisah inspiratif
yang ada unsur religi, komedi dan asmaranya. Sudah penasaran, kan? Yuk, baca
terus sampai tuntas reviewnya ya!
Seperti
judul di atas, saya sengaja gak kasih tambahan kata lainnya, siapa tahu pas
salah satu dari penulis buku ini lagi iseng tanya ke mbah google, unforgettable baper moment, nah review-an saya muncul dan dibaca. Duh Ya
Allah, senangnya…
Unforgettable Baper Moments
adalah buku dari hasil sayembara nulis yang diadakan Penerbit Wahyu Qolbu
dengan tema Gue Mah Gitu Orangnya. Oh
iya, sedikit bocoran kalau penerbit ini juga sering mengadakan sayembara
menulis cerpen loh, kayaknya bulan April juga ada. Buruan cek di facebook Wahyu Qolbu atau website
resminya.
Oke,
buku ini juga kerjasama dengan akun instagram @justparody, dan PJnya Haris
Firmansyah (ig: @harishirawling) Yakin dan percayalah ketika membaca buku ini
kamu bakal ketawa dan ngakak gak jelas. Sudah saya buktikan kok. Haha.
Sebelum
lanjut ke bagian inti, saya mau berbagi cerita dulu ah, siapa tahu ada yang
terinspirasi. Haaa! Naksir buku ini sejak September 2016 silam, padahal bukunya
terbit itu sekitaran bulan Juni. Ya intinya saya sudah memendam rasa memiliki
buku absurd ini sudah lama, yayaya~
dan baru terwujud ketika ada book fair
di ADA Fatmawati!
Baper itu apaan sih? itu kue basah,
apa penjaga gawang? Kalo kue basah mah lemper, Cuy. Kalo yang jaga gawang itu
kiper. Baper itu singkatan dari Bawa Perasaan.
Btw, lu pernah kena sindrom baper,
nggak? Kalo salah satu dari ciri-ciri ini ada di diri lu, berarti lu emang
terkena virus baper. Nah, dia virus baper: 1. Selalu pake perasaan daripada
logika, 2. Sensitif banget, 3. Lebay alias suka mendramatisir keadaan, dan 4.
Labil (senang atau sedih).
Trus, kalo udah kena sindrom baper,
emang ngapah? Jadi lemah mental, tertindas, dan sering jadi korban perasaan,
gituh? Kebanyakan sih gitu. Tapi nggak selamanya kok mereka yang baper itu
begitu.
Gak percaya? Ini lho, kisah nyata
pelaku baper yang tetap strong meski masalah (sempat) mengaduk-aduk perasaan.
Dari cinta yang kandas dibawa arus, perasaan yang digantung kayak jemuran,
skripsi dicoret-coret dosbim (dosen pembimbing), nagih utang udah kayak
ngemis-ngemis, sampai ketemu bos yang super baper.
Kepoin yuk momen-momen kebaperan
mereka.
Yups,
kalimat bercetak miring di atas adalah blurbnya. Jujur saja, ketika membaca
blurb ini saya ketawa gak jelas. Buku setebal 142 halaman menyajikan beragam
kisah yang memiliki tingkat kebaperan dan tingkat inspiratif yang berbeda. Toh,
yang nulis juga beda orang kok.
Terdiri
dari banyak cerita dan sangat menarik. Oh iya saya mau mengingatkan kepada
kawan-kawan semua kalau pas baca buku ini harus baca dari awal. Sungguh, kamu
gak bakal menyesal membacanya dari kata
mereka lalu ke kata pengantar, dst.
Pas baca buku ini saja, saya dalam keadaan duduk tenang di bus, tangan kanan
baca buku ini dengan khusyuk. Tapi pas sampai pada bagian Baper Momentsnya saya ngakak sendiri di dalam bus. Astaghfirullah, sungguh
urat malu hampir hilang! Dan sampai pada bab-bab selanjutnya pun sama, saya
ketawa-ketawa dan selalu istighfar ketika membaca buku ini dalam bus. Duh… Sempat juga pas ketawa gitu, ada
ibu-ibu dan mbak penumpang lainnya lihat kearahku dengan muka agak aneh. Oke,
saya nggak gila, hanya merasa gila ketika membaca buku ini!
Hidup
penuh dengan rintangan, gak selamanya mulus kayak jalanan berbeton. Eh kadang
masih bolong-bolong ya. Wkwk *apaanini *skip*
Apa saja sih yang bikin baper?
Skripsi? Ceklis!
Kerja? Ceklis!
Asmara? Ceklis!
Dan
ketika ketiganya atau salah satu dari ceklisan tersebut sedang menimpamu maka
ucapkanlah dengan semangat dan percaya diri, “karena gue strong!”
Sebab, yang namanya hidup nggak
selalu mulus. Ada saja rintangan yang menghadang. Tapi kita harus mencontoh
Kera Sakti: walau halangan rintangan membentang, tak jadi masalah dan tak jadi
beban pikiran. (Hal: 3)
Skripsi?
Oke saya belum skripsi, tapi sangat penasaran dengan makanan eh tugas akhir
dari calon sarjana. Yups, tugas akhir dari seorang calon sarjana strata satu
adalah membuat skripsi, tapi kalau untuk program diploma tiga membuat TA atau
Tugas Akhir. Nah, ceritanya di buku ini para mahasiswa tingkat akhir yang
hampir patah semangat. Dan angkernya pernyataan mengenai, banyak mahasiswa yang
keluar dengan sendirinya karena skripsi gak kelar-kelar alias sering mendapat
coretan indah dari dosen pembimbing! Hmm, angker-seger-sensasinya
nano-nano gitulah, menarik ya? Hehe.
Banyak
diceritakan kalau pas bimbingan mendapat dosen pembimbing yang super killer,
dan hobinya corat-coret calon skripsi. Duh Gusti… namun, dibalik itu semua ada
hikmahnya.
“Sabar saja, nanti juga kelar
skripsinya. Positif feeling dengan
pembimbing, mereka sebenarnya baik kok, nggak jahat. Jangan mudah putus asa
dalam menghadapi masalah, tetap bersemangat.” (Hal:
69)
Kerja?
Yups, perkara interview pun seseorang bisa kena sindrom baper. Bagaimana tidak,
dalam buku ini juga ada cerita mengenai bos baper. Yang mana ketika si tokoh
gue mau izin keluar dari pekerjaan dan malah bosnya langsung curhat. Ya, gak
jadi deh. Lalu perjuangan tokoh gue lainnya yang ditolak sana-sini ketika
mencari pekerjaan. Udah hampir keterima eh malah kena PHP dari managernya. Duh…
“Jangan malu mencari kerja. Ingat
kata pepatah, semakin dia banyak mencari, dia semakin dekat dengan tujuan.
Mencari pekerjaan adalah salah satu jarak terdekat dengan menemukan pekerjaan
itu sendiri. Jadi, tetap mencari dan berusaha menemukan.”
(Hal: 49)
Asmara.
Yups, kalau yang satu ini pasti banyak yang pernah merasakan, ya setidaknya
jomlo juga pernah merasakan walau semuanya dalam bayangan. Haha. Ada saja
cerita dalam buku ini yang bikin ketawa gak jelas. Pas baca bagian ini ada rasa
nyesnya dalam hati. Mungkin kamu
baper? Hayo ngaku!
Nah,
kisah yang di tulis oleh Meyyke Santoso yang berjudul Move On Anti-Mainstream
juga terdapat tokoh gue yang ceritanya sudah pacaran selama 58 bulan!
Bayangkan! Dan kisah romannya pun kandas ditengah jalan ketika si tokoh
laki-laki memutuskannya, kita temenan
saja ya. Nah, si tokoh gue ini akhirnya drop, wes pokoknya kayak gak punya jiwa
lagi, linglung gituh. Tokoh gue pun akhirnya mencari solusi ditengah kegundahan
hati yang masih memikirkan si mantan. Dia tanya ke mbah google dengan
keywordnya “Kiat-kiat MOVE ON”
1. Hapus kontak dari HP.
Kamvretnya mereka sudah pacaran selama 58 bulan dan si gue ini sudah hafal di
luar kepala kontak HP MANTAN! Duh Gusti…
2. Jangan kepoin facebook atau pun
twitternya. Oke, berarti kalau kepoin instagramnya boleh dong?
Wkwk. Kamu yakin sehari saja gak stalk akun media sosialnya?
3. Ingat keburukannya.
Pada akhirnya, mengingat-ingat keburukan mantan hanya akan membalikkan memori
indah bersama dan pengorbanan selama lima tahun.
4. Merantau.
Nah, kalau ini kamu harus pergi jauh-jauh dan benar-benar meninggalkan kenangan
indah dengan dia. Haha.
5. Berdoa.
Harus berserah diri pada Yang Maha Pembolak-balik Hati Manusia, Allah SWT.
Asek
dah. Bagaimana sudah puas dengan reviewnya?
Kalau belum puas silakan pinjam atau membeli buku ini, kawan! Saya jamin kamu
gak bakal menyesal dan bakal ketawa gak jelas ketika membacanya, atau
lebih-lebih ngena dan baper.
Gak
lucu ya postingannya? Yaudah, GAK USAH KETAWA! Oke, selamat menikmati bacaan
lainnya ya. Salam hangat dari salah satu anak Nusantara!
Thank you
BalasHapusIni buu fiksi apa non fiksi?
BalasHapus