DRAKOR SEMI-SEJARAH: EMPRESS KI

DRAKOR SEMI-SEJARAH: EMPRESS KI
Oleh: Amaliya Khamdanah

Assalamu’alaikum, gimana kabarnya? Sehat yaaa. Sudah lama nih, saya gak posting di blog absurd saya. Maklumlah, lagi puasa nulis, hehe *emangada?* Pada postingan kali ini saya mau bahas salah satu drama Korea. Iya drama Korea. Yups, keaslian saya akan mulai terlihat. Sedikit cerita nih. Dulu sewaktu SMP saya ngefans banget sama yang namanya Korea, segala hal yang berbau tentang Korea—all about k-pop—baik boyband, girlsband, drama Korea, bahkan acara-acara talksownya dan gilanya lagi saya sedikit hafal lagu-lagu Korea, ya walaupun hanya dua. Heheee.

Tahun 2011-an tepatnya. Dari drakor: Naughty Kiss, Dream High 1 dan 2, Bread Love and Dreams, The Great Queen of Seondeok, Dong Yi Jewels In the Crawn, The Moon that Embracess the Sun, Sassy Girl, Boys Before Flowers, Pinochio, dan yang paling ngena banget itu drakor ini, “Empress Ki”. Sesuai judulnya dong.



Drama kolosal buatan MBC ini dimulai syuting dari tahun 2013-2014, tepatnya bulan apa sampai bulan apa saya gak tahu, soalnya gak ikut nimbrung pas pembuatan dramanya sih, wkwkk :D Sebenarnya saya gak terlalu suka waktu kedua kakak saya bahas drakor ini. Ceritanya gini, pagi-pagi gitu kedua kakak udah ribut, “dramanya tadi malem gimana, dek?” di jawab sama kakak satunya, “iya mbak, Gol Ta ternyata pengkhianat… blablabla” Lah intinya gitulah. Setelah itu dengan sangat baik hati kakak kedua mendownload full episode drakor tersebut. Lambat laun saya menontonnya. Yeyyy! Liburan UN diisi dengan menonton drakor. Ahay.

Diperankan oleh Ha Ji Won, Joo Jin Moo, Ji Chang Wook dan kawan-kawan. Drama berepisode 51 ini dulu pernah tayang tengah malam di salah satu stasiun tv swasta, sebut merk? Iya Trans7.



Awal episode kita akan dibawa pada masa di mana sang tokoh utama menjadi permaisuri di negeri orang. Loh kok? Buat para pecinta drakor (yang belum nonton drama) yang satu ini, saya saranin buat nonton!

Ha Ji Won berperan sebagai Ki Seung Nyang warga Goryeo (sekarang Korea) yang menyamar menjadi seorang laki-laki. Sebelum memulai aksi penyamaran tersebut Ki Seung Nyang dijadikan sebagai wanita persembahan untuk negeri Yuan. Karena pada saat itu Goryeo berada di bawah kekuasaan negeri Yuan. Semua wanita di Goryeo di bawa paksa ke Yuan termasuk Ibu Nyang dan Seung Nyang. Di episode pertama, Putera Mahkota juga di tempat kejadian, namanya Wang Yu Gong. Nah pada episode awal Wang Yu merasa bahwa dirinya tak pantas menjadi raja kelak, karena sampai saat itu juga ia belum bisa membebaskan rakyatnya dari penderitaan. Saat itu Nyang dan Wang Yu masih remaja.


 Nah gambar diatas adalah Wang Yu muda dan Kasim Bang. Wang Yu sempat meminta pada Dang Gi Sie (Jenderal dari Yuan anak Perdana Mentri El-Temur) untuk membebaskan rakyat Goryeo, namun Dang Gi Sie memarahinya habis-habisan. Hingga suatu malam Wang Yu bersama Kasim Bang menuju penjara dan membebaskan para tawanan wanita untuk kabur. Dan sayang, semuanya gagal di tengah jalan. Semua wanita Goryeo yang ditawan mati di panah oleh pasukan Dang Gi Sie. Dan Seung Nyang si tokoh utama? Simak lagi ya, gaes :D

Ceritanya berapa tahun kemudian gitu. Seung Nyang si tokoh utama perempuan masih hidup. Bedanya ia menjelma menjadi seorang laki-laki yang pandai memanah.


            Sedangkan Wang Yu senang bersenang-senang ditempat adu kekuatan bersama dua pengawal setianya dan pereman-pereman di tempat itu. Di episode dua bagian awal ini diceritakan Wang Yu sempat pingsan ketika mendapat pukulan keras dari ketua pereman di kota itu—Jeom Bak Yi—namanya.
            “Jeom Bak, apakah disini ada pereman yang paling kuat lagi?” tanya Wang Yu antusias. Kasim Bang melotot dan menggeleng keras pada Jeom Bak. Sedangkan Jeom Bak hanya diam dan berpikir.
            “Ada Baginda, dia pemanah terhebat di Inju. Namanya Ki Seung Nyang, kabarnya dia pemanah burung terhebat, dengan jarak tiga meter!” balas Jeom Bak tak kalah antusias. Sedangkan Kasim Bang hanya mengendus kesal.
            “Baginda, bagaimana dengan takhta baginda, jika baginda terus-terusan bermain seperti ini. Bisa-bisa Raja SehHyang merebut kekuasaan dan menguasai Goryeo.” Kasim Bang semakin panik. Wang Yu malah tersenyum jahil. “Ayo kita ke Inju  dan memberi pelajaran pada pereman itu.”



            Lain hari mereka melakukan perjalanan ke Inju dan bertemu dengan Seung Nyang. Mereka beradu memanah. Nah di episode ini saya dapat menangkap satu pesan hebat. Dalam pertemanan yang dijalin Seung Nyang dan teman-temannya itu: berteman karena kebaikan akan membawamu pada kebaikan pula, berdampak sanagt baik salah satunya terjalin ikatan batin yang kuat satu sama lain, kompak satu sama lain, dan rela berkorban untuk teman-temannya. Di episode ini pula pertandingan memanah dimenangkan oleh Wang Yu, sedangkan Seung Nyang menelan pil kekalahan. Masih penasaran? Tonton aja dramanya :D


            Gambar diatas itu adalah hasil taruhan mereka. Siapa yang kalah harus menurut dengan apa yang diperintahkan. Dan Seung Nyang menurut ketika disuruh mengajari memanah jarak pendek. Dan pada episode ini, mulailah tumbuh bunga-bunga bermekaran di hatinya Wang Yu. Inget, Seung Nyang hanya menyamar sebagai laki-laki!

            Kokoh seperti gunung. Tangan yang menggenggam harus kokok seperti kokohnya gunung. Lentur seperti ekor harimau. Tarik senarnya dengan leluatan seperti kau menarik ekor harimau. –Gi Seung Nyang (Empress Ki-eps. 2)

            Langsung loncat ke episode lainnya ya gaes. Terlalu kepanjangan jika saya bahas satu persatu. Haha bisa-bisa kuota ludes terbakar! *njir*

            Sedikit coppy-an di episode 15. Ketika Wang Yu beradu puisi dengan Kaisar Yuan—Ta Hwan—simak puisi lama milik Yuan ini:

            Negara musnah menyisakan gunung dan sungai.
Kota bersemi, rerumputan meluas, pepohonan melebat.
 Meski sebuah negeri dihancurkan, namun gunung-gunung dan sungai-sungainya masih  tetap ada.
            Di kota saat musim semi, rumput dan pepohonan tumbuh subur.
Karena pilu, bunga menitikkan air mata, burung pun tersentak.
Perpisahan yang disesali mengejutkan burung-burung.
Di masa yang penuh kesedihan, bunga pun menangis.
Di karenakan perpisahan yang memilukan, burung pun sesak.
            Tiga bulan sudah api berkobar.
Surat dari keluarga berharga lebih dari pada ribuan keping emas.
Kobaran api peperangan sudah berlangsung  3 bulan lamanya
Surat dari keluarga lebih berharga dari ribuan keping emas.
Rambut putihku semakin tipis oleh sisir.
Tak mampu tersentuh hiasan rambut.
Rambut putihku semakin disisir semakin menipis sampai tak bisa menahan tusuk konde.
(Pemandangan Musim Semi oleh Du Fu—penyair yang berasal dari Dinasti Tang di Cina).

Rekor ketikan saya di halaman Microsoft office word sudah enam halaman! *prokprokprok* *mulaiabsurd* *abaikan-____-

Intinya itu drama ini menceritakan berbagai aspek kehidupan yang terjadi di zaman kerajaan gitu, bahkan jika di pikir-pikir lagi di drakor ini juga ‘agak’ menyindir tatanan Negara ini *eh* contohnya sajalah: kayak yang di lakukan PM El-Temur dari Yuan yang ingin menguasai seluruh daratan Asia (waktu itu), ia melakukan segala cara untuk menghabisi siapa saja yang tidak sejalan dengan pemikirannya, perebutan dan pelengseran takhta, pemberontakan di istana dan provinsi-provinsi lainnya. Di drama ini juga terjadi pengelompokan-pengelompokan seperti kubu baik, tengah-tengah, dan kejam. Nah, di kubu pembela kesejahteraan rakyat inilah yang saya tunggu-tunggu kehadirannya di (Indonesia) drakor ini. Mereka membela mati-matian untuk rakyat. Mereka menggunakan akal pikirnya untuk menumbangkan kubu kejam itu, menggulingkan kekuasaan yang kejam itu. Seung Nyang dan Wang Yu Gong adalah tokohnya, ditambah yang lainnya seperti Kasim Bang, Mu Seong, Jeom Bak, Kasim Park, Yeon Bi Su, dan masih banyak lagi. Tokoh penengah yang di mainkan oleh Yin Ji Han sebagai Togthogha.

Ada satu quote yang saya kutip dari PM El-Temur, “Politik adalah setengah kecurigaan dan setengahnya dari politik juga kecurigaan.” Nih, anak Hukum dan anak Politik wajib nonton ini. Saran aja, di drakor ini juga ada ceritanya tentang kebengisan politik negeri carut-marut, ide-ide busuk untuk mengusai negara. Siapa tahu nonton drama ini mendapat pencerahan untuk mencintai tanah air sepenuh hati—jiwa raga kami.

Keren pokoknya! Buat yang suka dengan sejarah saya saranin segera nonton drama ini. Di pertengahan episode nanti akan disajikan hal-hal yang diluar perkiraan bahkan sampai akhir pun sulit menebaknya. Saya malah berpikir, siapa sih yang nulis skenario drakor ini, wuih keren pokoknya, kalau bisa besok-besok ke Korea langsung belajar nulis bareng si penulis skenarionya. *ngayal*



 “Kenapa kau tidak ikut berlutut?”
“Jika dengan berlutut bisa membuktikan kesetiaan hamba, maka hamba bersedia kaku dan tangan hamba di potong. Tapi, menyaksikan Yang Mulia yang sekarang, hamba tak bisa menyerahkan kesetiaan hamba pada Yang Mulia.” (Empress Ki—eps 49).



Kebiasaan cerita yang ada di drakor adalah masalah cinta, ya apapun ceritanya pasti ada cinta di dalamnya. Dan Empress Ki pun juga begitu. Cinta pada tanah air salah satunya. Seperti yang diterapkan Wang Yu Gong: melakukan apapun untuk Goryeo untuk bebas dari penjajahan Yuan. Cinta segitiga pun juga ada, antara Seung Nyang, Wang Yu, dan Ta Hwan di tambah tokoh baru dari Serekat Dagang Maebak, Yeon Bi Su.

“Melihatnya yang tidak lebih baik dari semut mati sekali pun mati, mengapa Anda meneteskan air mata?”
“Jika hidup dalam negeri yang damai dan makmur, Yeom Byeong Su (rakyat lainnya) juga bisa menjadi suami (atau rakyat) yang baik di Goryeo, pula ayah yang baik. Penampilannya menyedihkan seperti orang Goryeo lainnya yang tak bisa menikmati kesejahteraan bangsa sendiri.” (Empress Ki—eps 51).

Di episode 43, saya menemukan quote yang menurut saya pedas,
“Bukankah Anda adalah orang Goryeo?”
“Goryeo sudah lama meninggalkanku, aku pun akan meninggalkan Goryeo.”
“Jadi, anda adalah orang negeri Yuan? Jika orang Goryeo bukan, orang Yuan bukan, lalu anda siapa?”
“Tidak keduanya. Di pihak sini tidak, di pihak sana juga tidak. Hanya menjalani hidup hari demi hari. Karena nyawaku itu lebih penting. Karena tak ada negeri manapun, menerima diriku yang malang ini. Jika kau sudah berada di sini lebih dari separuh hidupmu, maka kau akan mengerti maksudku.”

Capek juga ngetiknya. Huuuh. Oke segitu dulu review-an absurd drakor ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Ya, walaupun kegajelasan dalam penulisan selalu ada. Tunggu postingan lainnya. Salam J

Komentar

  1. Semangat posting dong dek 😄😄 udah aku kunjungi loh blognya.. hahah

    BalasHapus
  2. Haaaa semangat harus mbak! ciaaaaaaaat. terimakasih kunjungan blognya mbak :D

    BalasHapus
  3. review anime please!! :3
    grr... semangat ngeBlog mbakhanda!!

    BalasHapus
  4. anime yang kutahu cuma sakuraso* dek -_- ente mau? haaa ganbatte kudasai!

    BalasHapus

Posting Komentar