PERJALANAN KE DESA SEBERANG


Oleh: Amaliya Khamdanah



Assalamu’alaikum :D Hai, apa kabar sobat? Semoga hari-hari sobat selalu indah, penuh warna dan sempurna :D
Udah lama aku  gak nge-post di blog ketjeku ini. maaf buat pengikiut-pengikutku yang nungguin tulisan-tulisan absurd ku. Yayaya padahal gak ada pengikutnya sama sekali, itu kata temenku, sih -_- ciaaaaaaaaaaaaa langsung aja ke ceritanya. Sebenarnya ini bukan cerpen, artikel, ataupun puisi seperti yang biasa aku tulis. Yaaaa, walaupun  judulnya puitis banget. Oke gak masalah. Lebih tepatnya ini adalah rangkuman perjalanan kita. Kenapa aku nyebutnya kita? Kita disini mewakilkan anak-anak SMA tepatnya anak MAN  yang tergabung dalam organisasi jurnalistik sekolah, Majalah La Tansa tepatnya lagi edisi 13. Angka yang dibilang penuh misteri dan kutukan. Gak masalah apa kata mereka, toh juga udah dibuktiin kok, kalau Majalah La Tansa edisi 13 paling berwarna diantara edisi sebelumnya. Ooh ya semoga edisi majalah selanjutnya tetap paling berwarna yaaaa J
#Hei fokus lagi pada pembahasan tong! :v
Oke, ini adalah perjalanan yang sebenarnya agak absurd, pake banget gaes. Gak pernah nyangka kan, ke luar kota bareng anak La Tansa dengan naek kendaraan roda dua. Kenalkan mereka, Angga, Yusuf, Hidayat, Isti, Riska, Nita, Haryani, dan tentunya si penulis.

Siang itu (01/10), usai merampungkan serangkaian tes semester gasal, lebih tepatnya mid semester gasal. Kami berkumpul disatu titik yang sebenarnya ramai akan manusia yang lewat, yaaa namanya anak La Tansa kumpul dimanapun dan kapanpun itu gak masalah yang penting halalan  thoyibaa dan bersensasi -___- koridor ruang tata usaha yang menghubungkan dengan ruang serba guna MAN 2 Semarang. Karena tempat kumpul kita ndadak alias mepet banget, dekat pula dengan area parkir siswa, ya bisa dibilang setiap siswa/i yang lewat pasti akan  bertanya-tanya, “Mereka kenapa? Kok heboh sendiri? Kok gak malu? Jangan-jangan mereka anak organisasi, kok malu-maluin?” setidaknya dalam benak mereka seperti itu. Memalukan -______-

Usai perdebatan yang panjang dan membosankan, bahkan lebih membosankan dari sidang isbat 1 Syawal lalu. Akhirnya  atas persetujuan ketua redaksi dan para anggota yang menghadiri rapat ndadak itu pun sepakat menjenguk guru pendamping La Tansa yang habis terkena musibah di rumahnya. Dan lagi-lagi, tidak langsung berangkat malah ribut dan heboh sendiri-sendiri –termasuk penulis. Dijaili dan menjahili. Itulah yang dilakukan sebelum nge-trip ke desa seberang. Yayaayaaa anak La Tansa-anak La Tansa, hidupnya gak jauh-jauh dari kata dijahili atau menjahili. Sepertinya jam 11 kita berangkat dari sekolah tercintaa  #eaaaaaaa

Selama perjalanan, wooow ini yang mau aku ceritakan panjang lebar. Paling berkesan nih, karena apa? Kita tersesat dan tak tahu arah jalan rumah Bu Susilowati. Wkwkwwkwkwkwkwkkkk...
Kita berdelapan memang sebelumnya udah saling kenal, bahkan sering ketawa gak jelas bareng. Tapi ditambah perjalanan satu hari bersama anak La Tansa keakraban semakin terasa. Jiah.  Naik motornya juga pada couplean nih. Istiqomah sama Nita sebagai peta pemberangkatan, kandidat calon ketua dan wakil ketua OSIS yang gak kepilih kemarin, siapa lagi kalau bukan Hidayat dan Haryani, wkwkwkwk. Si penulis dan kawan gilanya, Riska Oktaviyani, dan couple paling romantis selama perjalanan, siapa lagi kalau bukan Angga dan Yusuf. Wkwkwkwk :D  #semogamerekagakbacayanginiiii-_-
Siang itu di tengah teriknya sinar mentari yang tepat berada diatas kepala. Panas, kering, gersang, itulah yang dirasakan seasaat. Namun angin siang itu selalu berhembus merasuk pori-pori hingga merasuk pada sukma kalbu kami #eeeeaaaaaa. Hembusan angin siang itu sangat bersahabat, tidak terlalu kencang dan tidak terlalu pelan, sempurna. Selangkah, dua langkah, tiga langkan roda sepeda motor berlalu.
Selama perjalanan menuju desa seberang, alam ikut menemani. Dengan memperlihatkan keindahannya, walau terasa sangat  panas. Namun,  kanan kiri jalan yang kami lewati terdiri dari hamparan sawah yang luas, sayang sawah-sawah tersebut telah mengkuning, karena sudah panen. Lanjut keperjalanan yang agak melelehkan ini. panas!
Kami sering terhentikan langkahnya karena tak mengetahui jalan menuju rumah guru kami. Ya, akhirnya Isti, Nita, Yani, dan Hidayat yang selalu bertanya pada penduduk sekitar yang kita lewati. Katanya sih, malu bertanya sesat di jalan, dan kita anak jurnalis. Jadi gak malu dong kalau tanya, tapi malu-maluin. Hahaaaa :D
Hamparan gurun sahara pun ada didepan mata, ya perbatasan kota ada di depan mata. Next, perjalanan kita :D
Panas, kering, gersang seperti hati kami yang ikut gersang, eh maksudnya bukan itu. Memesuki kawasan baru, bukan di kota sekolah kami, tepatnya. Panas semakin terasa, namun dalam benak kami, kami kan segera menemukan dan sampai pada tujuan. Kendaraan roda dua pun terus melaju. Hingga akhirnya kita terhenti pada suatu tempat. Jika dilihat dari sudut  pandang titik jauh mata, perjalanan masih jauh. Karena sebelumnya, guru kami bilang, masjid kedua dari desa itu. Sedangkan pada saat itu kami sudah melewati jauh masjid pertama. Sepanjang mata memandang, hanya hamparan sawah yang lagi-lagi menjadi pandangan, sawah hasil panen. Jalanan terasa sepi. Hanya kami berdelapan yang terhenti di tempat itu. Mungkin hanya ada beberapa orang yang lalu lalang dijalanan itu. Jika boleh ditebak, jalanan yang kami pijak waktu itu sangat sepi, apalagi kalau malam telah tiba, tak ada lampu-lampu penerangan jalan yang menghiasi. Kami berhenti agak lama di jalan itu. Kerena diantara kita merasa bahwa kita tersesat. Dan menurutku ini paling lucu dan mengesankan. Ditengah  panas teriknya matahari siang itu, kami kekurangan air. Hanya ada dua botol minuman, dan airnya pun tak penuh. Jiiiaaaaaaaaaaaaa. sedangkan ada delapan manusia yang memperlukan minum, “KAMI DEHIDRASI!!!!” setidaknya kalimat itu mewakili jeritan hati kami. Kami terus berteriak, dan “AIRRRRRR! AIIIIRRRRR!!!!!! AAAIRR!!!!” Sepertinya memang, kami dehidrasi, kekeringan, kepanasan dan sebagsanya. Air minum pun habis tak tersisa, kecuali botol air minum. Untung di tempat pemberhentian  ndadak itu terdapat satu pohoh yang bisa dignakan untuk berteduh sementara. Haha dan manusia yang beruntung bisa berteduh disana hanya tiga orang, Haryani, Angga, dan tentunya guee :D HAHAA, Lainnya ah sudahlah..... dan yang paling aneh saat itu yaitu, manusia Jepang alias Yusuf. Tiba-tba ia turun dari motornya dan meloncat menuju sawah-sawah di kiri kami --tempat pemberhentian ndadak.  Di sisi kiri tak jauh dari tempat kami berhenti ada saluran irigasi, dan katanya Yusuf  air itu tak masalah jika diminum, gak beracun. Karena telah diuji langsung oleh Yusuf. Hahaaaa :D ketawa terus  kalau gua inget-inget kejadian ini. sempat sih Hidayat sama Yani ambil fotonya, sayang aku gak punya fotonya. Wkwkwkkk.
            Oke, atas  perstujuan bersama, dan emang dinyatakan kesasar, kita kembali ke jalan yang benar. Kembali ke masjid pertama, dan ternyata rumah guru ppl itu ada tepat di musholla pertama setelah mesjid pertama, pantes kesasar jauh -__-
            Akhirnya sampai juga di rumah guru ppl kami. Yeeeeeeeeeeeeeeeee lalalala yeeeeeeeeee :D
Sebenarnya cerita gaje yang super gak jelas ini masih berlanjut. Tapi gua males ngetik. Kapan-kapan gua next. Oke-oke, mohon maaf buat nama-nama manusia yang aku sangkut pautin di postingan blog kamvret ini. thanks gaes, ayo nge-trip lagi. Hahaaa
#salamjurnalis #LATANSAJAYAAAA

Hai gaes, ini kita! Anak La Tansa angkatan 13 :D
Cieee pada ketawa pas di foto, tapi yang berada di barisan belakang. Yang barisan depan? Lomba balap pakai sepatu, yuhuuuu :D
Cc: YusufAl, AnggaDwi, Hidayat, NitaEra, AmaliyaKha, Istiqomah, RiskaOkta, dan SitiHar.
Purwodadi-Demak-Semarang, 01 Oktober 2015

Komentar

Posting Komentar