[CERPEN] KELAS HUJAN X-G

         Hujan kini kembali menerpa Kota Semarang, Kota dimana aku menuntut ilmu. Tetapi untungnya aku sudah sampai di depan kelasku, XI IPS 1.
Aku kembali teringat akan kisahku bersama kawan-kawanku satu tahun lalu di kelas X-G. Kelas  teraneh dan tergokil sepanjang sejarah.

***

Semarang, 23 Januari 2014.

        Tak lengkap rasanya jika hujan seperti ini hanya berdiam diri di balik jendela rumah. Melamun dan memikirkan hal yang tak pasti. Dari pada menghabiskan waktu untuk hal yang tak berguna. Segera aku bergegas menuju sekolahanku, MAN 2 Semarang.
Pagi ini tak ada sinar mentari yang datang sebagai penyelamat pagi, hanya hujan pagi hari yang tak kunjung reda.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, eeee..." Ujar Vicky yang terus menghitung.
"Kenapa Vick? Kok dari tadi kamu menghitung tas?" Tanyaku pada Vicky, penasaran.
"Aku hanya memastikan saja Mal, berapa biji manusia yang hadir." Balas Vicky yang masih saja sibuk menghitung tas yang tergeletak di meja dan kursi kelas.
"Apa Vick? Berapa biji manusia?" Kejut Ivanda dengan sedikit melototkan mata.
"Yaelah Vicky mah, gak bisa bedain biji sama seekor!" Sambung Bagas yang sedari tadi duduk di bangku paling belakang.
"Aduh Bagas, biji sama seekor itu beda." Ucap Wahyu, menoleh ke belakang.
"Yang bener itu seorang, Bagas dan Vicky yang cantik." Lanjutku.
Semua manusia penghuni kelasku seketika tertawa karena keanehan yang di buat tanpa sekenario sebelumnya.

Hujan masih saja menerpa Kota Atlas pagi itu. Aku kira hujan semakin reda, tetapi langit malah lebih banyak mengeluarkan debit airnya.
"Yaaa, cuma 17 orang saja yang berangkat. Sepi dong." Pekik Vicky tiba-tiba.
"Tapi kan ayang Fahmi tetep berangkat. Hahahaa." Ledek Ivanda, cekikian.  Ya memang, si cantik dan cerewet Vicky memang di gosipkan memiliki perasaan yang khusus pada Fahmi, tapi hal itu hanya guyonan belaka.

Tak lama kemudian, suasana kelasku menjadi sunyi, sepi dan hening. Mungkin karena faktor kelelahan tertawa, dari jam pertama sampai saat ini jam ketiga dan tak ada satupun guru yang memasuki kelas. Suasana kembali hening saat petir kembali menyambar.
Aku yang sedari tadi duduk di kursi urutan ke dua hanya bisa diam, dan memandangi ruang kelas secara bergantian. Ada yang tidur, menghafal Al-Qur'an, menulis dan melamun. "Sudah satu semester kita lewati bersama. Ini adalah awal bulan mengawali semester genap bersama kalian. Semoga rasa kekeluargaan, kebersamaan dan solitaritas diantara kita tetap terjaga." Batinku, dengan melihat mereka.

"Bosen dikelas. Ke kantin yuk?" Ajak Ivanda, memecah keheningan.
"Ayo!" Balasku, Vicky dan Wahyu penuh semangat.

"Eeeee... Bu Wiwik datang!!!" Teriak Khotip dari pintu kelas.

"Yaaa, gak jadi deh. Huuu..." Ucap Vicky dan Ivanda yang juga bersamaan. Sesegera mungkin kami kembali duduk di tempat.

"Haduh, hujannya dari pagi tadi gak reda ya. Ini bagaimana cah, pelajaran atau tidak?" Ucap Bu Wiwik. Mungkin karena melihat kondosi kelas, lingkungan sekitar dan keadaan kami yang mendukung, guruku yang satu ini merasa iba. Padahal jarang sekali guru yang satu ini memberikan penawaran selangka ini.
"Kosong aja bu!" Ujar Aji yang duduk tepat di bawah kipas angin.
"Iya bu, kali-kali pelajarannya kosong. Kalau hujan kayak gini jadi gak konsen." Sambung Toha yang tempat duduknya di depan Aji.
"Bu Wiwik yang cantik, baik hati dan tidak sombong. Please satu kali saja." Rayu Vicky dengan gaya sok imutnya.
Aiiih, memang teman-teman sekelasku paling pandai jika di suruh membuat alasan, apalagi berakting sok manis di depan guru.
"Baiklah, kali ini pelajaran ekonomi kosong. Ibu tinggal ke ruang guru dulu, tapi kalian jangan ramai ya." Tutur Bu Wiwik, lalu berjalan meninggalkan kelas X-G.
"Hahahaaa..." Tawa kami bersama, setelah guru ekonomi meninggalkan kelas. Tiba-tiba Khotip maju ke depan dan mencoret-coret papan tulis dengan spidol hitam yang tergeletak di meja guru.

"Kau menulis apa pak?" Pekik Vicky sedikit penasaran.
"Ahaaa aku tahu!" Ujar Bagas, lalu berlari menghampiri Khotib.
"Ah kalian tega meninggalkanku disini. Aku ikut!" Sambung Aji, lalu mendekati Bagas dan Khotip. Aku kembali penasaran dengan apa yang mereka lakukan di depan sana, saking penasarannya Vicky juga ikut berdiri di depan bersama ketiga teman lainnya.
"Mal, lihatlah namau ku ganti menjadi... Amaya Khamdah. Haha" Ledek Vicky padaku, seisi ruanganpun tertawa.
"Lihatlah ini nama dari bapak kita tercinta, Abdul Khotip jadi Adul Hot! Wkwkwk" Ledek Bagas dan Aji yang tak kalah serunya.
"Kalau kalian, Gas dan Ji." Balas Khotip yang tak mau kalah. Kembali seisi ruangan tertawa kerena tingkah lucu dari ke empat temanku. Hampir papan tulis penuh karena nama-nama teman sekelas di tulis. Walau hujan semakin deras, tetapi ketika rasa kekeluargaan itu ada, jadi rasa bosan, kantuk dan kedinginan itu sirna seketika.

***

"Ah hujan kau masih seperti satu tahun lalu. Kau hadir dikala kami mencari ilmu, tapi sangat indah sekali waktu itu. Kami lawan kedinginan yang kau bawa dengan tawa bersama." Ucapku menatap rintikan hujan dari balik jendela kelas.








Demak, 23 Januari 2015.

Komentar

Posting Komentar