MENIT-MENIT YANG BERHARGA
MENIT-MENIT
YANG BERHARGA
Oleh:
Amaliya Khamdanah
Coba
tebak, hal di dunia ini yang tak bisa kau hentikan? Jangan jawab langkah pacar
atau mantan yang menjauh. Yang kumaksud bukan itu. Tapi hal lain, yang
setidaknya sangat bermanfaat untukmu, aku, dan orang-orang yang sempat membaca
narasi ini.
Akan
kuberi jawaban, ialah waktu yang terus saja—tanpa disadari—selalu bersamamu.
Waktu senantiasa berjalan walau disaat itu kau memilih berhenti, memilih
berdiam diri di tempat yang kau sebut zona nyaman. Hingga pada akhirnya
kau enggan lagi berjalan melanjutkan perjalanan.
Padahal
kau baru saja melangkah, melebarkan kaki untuk berjalan, bahkan siap untuk
berlari. Lihat ke depan! Aneh, kau sempat berteriak memberi aba-aba pada
dirimu, tapi badanmu tak gerak sama sekali—masih duduk di zona nyaman.
Padahal, jalan yang kau lalui belum seberapa, belum ada seperempat jalan kau
tempuh. Aneh, kau malah memilih berhenti. Aku bergidik geli.
Coba
deh lihat kebelakangmu. Menolehlah sedikit—entah kanan atau kirimu—kau sudah melewati
beberapa tempat yang menurutmu bahkan orang lain yang tak mungkin bisa kau
tempuh. Namun, nyatanya kau bisa melewatinya! Naas, egomu yang super itu
mengurungkan niat baikmu untuk kembali melangkah. Kau masih sama—duduk di zona
nyaman.
Lihat
ke depan! Semenit saja, tengoklah ke depan, jalan yang kau
tempuh masih panjang. Keluarlah dari zona amanmu. Zona menenagkan tak selamanya
membuatmu tenang. Kau harus keluar, mencari jalan untuk mencapai sebuah
keberhasilan. Ingat waktumu sudah tak banyak lagi. Jika kau tak mampu berlari
kencang, maka jangan paksakan dirimu untuk berlari. Hal itu hanya akan
membuatmu merasa kelelahan lagi. Pun, kau tak perlu berjalan santai, karena
godaan selalu saja datang dari mana saja, termasuk lewat jalan santaimu. Ah,
itu masih mendingan, daripada kau memilih jalan di tempat atau bahkan enggan
berjalan—tak keluar dari zona aman.
Karena
yang kau hadapi adalah waktu. Ia tak bisa berputar kembali ke masa lalu. Ah,
sedetik yang lalu pun ia tak akan kembali. Waktu akan terus berjalan, dari pagi
berganti siang, lalu malam. Terus saja berputar hingga hari berganti minggu,
minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Hingga kau tak merasakan bahwa
umurmu telah bertambah. Tentu bertambah tua dibandingkan setahun yang lalu.
Dalam riwayat Bukhari, Ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di sore hari,
jangan menunggu datangnya pagi. Dan jika engkau berada pada waktu pagi hari,
jangan engkau menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit
dan masa hidupmu sebelum mati.”
Tak
ada gunanya jika semakin bertambahnya umurmu, kau tak memanfaatkannya untuk
hal-hal yang baik, bermanfaat bagimu dan sekitarmu. Dan anehnya, bertambah hari
kau masih duduk di zona nyaman. Lihatlah ke depan lagi! Jalanmu masih
panjang, kawan!
Aku
memiliki perumpamaan absurd untukmu dan juga pengingat bagiku. Begini.
Coba bayangkan kalau kau sedang mengendarai sepeda atau kendaraan roda dua.
Dalam keadaan di mana jam masuk sekolah atau kerja adalah jam tujuh pagi.
Sebelumnya, kau sudah siap siaga dengan berangkat pagi jam enam dari rumah.
Namun, hal tak terduga terjadi, macet sudah melanda jalanan. Dan apa yang kau
lakukan? Sekuat tenaga mencari celah-celah untuk bisa keluar dari kemacetan
tersebut. dan setelah melewati kemacetan tersebut, kau akan berpikir, “berapa
menit yang kuhabiskan untuk keluar dari kemacetan? Lalu sekarang jam berapa?
Apa aku terlambat ke kantor/sekolah?” Setelah memastikan jam, kau kembali
fokus pada perjalananmu. Kau pasti tak akan memperdulikan pemandangan
kanan-kirimu, bahkan jajanan yang terjual di teras-teras rumah. Kau terus
melaju, memacu kendaraanmu hingga sampai tujuan.
Begitu
pun dengan waktu, waktu itu sangat berharga sekali. sedetik kau meninggalkannya
amaka sedetik pula kesempatan itu hilang. Pun, pada menit juga demikian.
Bahkan, orang Arab mengatakan di dalam sebuah pepatah, “Waktu diibaratkan
pedang, jika engkau tidak memotongnya maka waktulah yang akan memotongmu. Dan
jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang halal, maka dia akan
menyibukkanmu dengan sesuatu yang haram serta perbuatan-perbuatan dosa.”
Maka
dengan sangat ketersengajaan aku menulis, menit-menit yang berharga.
Karena kutahu, diantara kita banyak sekali yang menyepelekan waktu. Jangankan
waktu, bagian dari waktu—menit—pun kita saling acuh tak acuh. “Tenang, masih
8.25, masih bisa untuk santai-santai dulu.”
Dalam
riwayat Bukhari yang lain juga menerangkan, “Dua nikmat yang kebanyakan
manusia rugi di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” Jadi, diantara kita
masih terbelenggu pada zona nyaman? Jika iya, maka bergegaslah berdiri
dan bangkit! Tengoklah kebelakang lalu lihatlah dirimu hari ini. Kau sudah
melakukan hal bermanfaat dan berharga apa saja di menit ini? Seandainya
belum, maka lakukanlah hal-hal yang baik. Moga waktumu bermanfaat bagi kemaslahatan
ummat.
Komentar
Posting Komentar